Ledakan ini menimbulkan pertanyaan besar bagi warga setempat tentang status keamanan dalam negeri Irak, dan prospek Pemilu yang rencananya akan diadakan Januari tahun depan.
Hingga sekarang belum ada yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan ini.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki mengecam keras serangan bom ini," (ledakan itu dari) musuh rakyat Irak yang ingin menyebar kekacauan diseluruh negara untuk mengacaukan proses politik dan rencana Pemilu parlemen tahun depan." Maliki menduga serangan ini didukung oleh pihak-pihak dari luar Irak.
"Serangan hari ini, tidak akan mempengaruhi rakyat Irak untuk terus melanjutkan perjuangan mereka melawan rezim masa lalu yang telah kalah, gang kriminal Partai Baath, dan organisasi teroris Al Qaidah, yang terus-menerus melakukan serangan-serangan kriminal terhadap masyarakat sipil," ujar statemen Maliki, Minggu.
Para pejabat Irak dan pasukan Amerika Serikat di Irak memperingatkan kemungkinan adanya peningkatan serangan menjelang Pemilu awal tahun depan.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengecam keras atas terjadinya ledakan yang memakan banyak korban ini, dengan mengatakannya sebagai serangan yang keterlaluan melawan orang Irak.
Dalam statemennya, Obama mengatakan, serangan bom ini merupakan usaha untuk mengacaubalaukan perkembangan maju Irak dan menjanjikan Pemerintah Amerika Serikat akan menjadi teman dekat dan partner dalam persiapan menjelang Pemilu 2010.
Obama juga telah menelpon Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan Presiden Irak Jalal Talabani untuk mengucapkan rasa bela sungkawa atas jatuhnya banyak korban.
Jendral Ray Odierno, komandan tertinggi militer Amerika di Irak, dan Christopher Hill, duta besar Amerika Serikat di Irak, mengecam keras serangan bom mobil ini, yang terjadi sehari sesudah duta besar Amerika Serikat untuk PBB, Susan Rice, untuk pertama kali mengunjungi negara ini.
Diantara 500 orang yang menjadi korban luka, terdapat tiga orang petugas keamanan pada kontraktor Amerika Serikat yang bekerja di Irak.
Sebuah bom meledak diluar gedung Kementerian Kehakiman Irak, sekitar 500 meter dari ledakan bom mobil satunya lagi, yang juga dekat dengan kantor Kementrian Dalam Negeri dan Pekerjaan Umum. Seluruh kaca-kaca bangunan di sekitar lokasi ledakan rontok.
Asap membumbung tinggi dari lokasi ledakan, ratusan orang berlari dengan kondisi terluka dan penuh darah, menghindari lokasi ledakan. Kekacauan terjadi di lokasi ledakan.
Ini merupakan serangan terbesar, setelah serangan pada akhir Agustus 2007, ketika tiga truk penuh berisi bom meledak dengan target para Suku Kurdi Irak yang minoritas, menewaskan ratusan orang di Qahtaniyah, Irak Utara.
Selama bulan Agustus lalu, sekitar 100 orang juga tewas dalam sebuah seri serangan bom di Baghdad selama sebulan.
Irak hingga kini masih belum menunjukkan kondisi damai yang stabil pasca jatuhnya rezim Saddam Hussein tahun 2003 melalui intervensi pasukan militer Amerika Serikat.
CNN l WAHYUANA