TEMPO Interaktif, Hua Hin - Para pelaku usaha di kawasan Asia Tenggara mendesak pemimpin Asean untuk memprioritaskan usaha integrasi pasar dan basis produksi untuk menghadapi ancaman dari raksasa ekonomi regional Cina dan India. “Kompetisi internal kawasan, antar negara Asean harus dikurangi,” kata anggota Dewan Pertimbangan Bisnis Asean, Anangga W. Roosdiono, kepada Tempo, Jumat (23/10) di Hotel Dusit Thani, Hua Hin, Thailand.
Kelancaran arus pengiriman barang dan penurunan tarif sampai 0-5 persen, menurut Anangga, adalah dua faktor penting yang harus diperhatikan untuk menyeimbangkan kompetisi internal kawasan. “Ingat, kompetitor kita di luar sana,” katanya. Poin ini, menurut dia, sudah disampaikan Dewan Pertimbangan Bisnis (Asean-Business Advisory Council) pada sessi makan siang dengan para kepala negara anggota Asean, Jumat siang tadi.
Untuk memantau perkembangan integrasi ekonomi di Asia Tenggara, Sekretariat Asean akan meluncurkan program kartu penilaian (score cards) pada November depan. “Saat ini, masyarakat dan pelaku usaha tidak tahu sektor usaha mana saja yang tarifnya sudah turun, dan sudah sampai di mana kemajuan lainnya?” kata Direktur Eksekutif Asean Business Advisory Council, Nararya Soeprapto. Score cards ini akan dipampangkan secara online dan bisa diakses publik secara terbuka.
Pada pertemuan antara pelaku bisnis dan kepala negara Asean tadi, komitmen penurunan tarif bersama kembali diperbarui. “Untuk enam negara Asean yang ekonominya lebih maju, jadwalnya tetap 2010,” kata Anangga. Dua tahun kemudian, empat negara lainnya harus sudah menyesuaikan tariff masuk komoditasnya. “Tidak ada pembicaraan soal perubahan jadwal,” katanya.
WAHYU DHYATMIKA