TEMPO Interaktif, Hua Hin – Forum Masyarakat Sipil Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN People’s Forum) menuntut pemimpin ASEAN untuk memasukkan isu lingkungan hidup sebagai pilar keempat ASEAN. Sampai saat ini, ASEAN baru memiliki tiga pilar utama: ekonomi, politik-keamanan dan sosial-budaya.
“Isu lingkungan hidup harus menjadi perhatian ASEAN, agar pembangunan di kawasan ini berkesinambungan dan tidak merusak alam,” kata Yuyun Wahyuningrum, aktivis LSM dari Forum Asia, kemarin. Sepuluh wakil masyarakat sipil dari negara anggota ASEAN dijadwalkan bertemu para kepala negara ASEAN, hari ini, di Hotel Dusit Thani, Hua Hin, Thailand.
Selain isu lingkungan hidup, perwakilan masyarakat sipil ASEAN akan mengangkat isu pekerja migran, perlindungan pengungsi, pelibatan masyarakat sipil dalam mekanisme ASEAN, dan penghapusan impunitas. “Kami ingin mendapat respons langsung dari para kepala negara anggota ASEAN,” kata Yuyun, yang akan mewakili Indonesia dalam forum itu.
Wakil Indonesia dalam Komisi Hak Asasi Manusia ASEAN, Rafendi Djamin, menilai dialog antara pemimpin ASEAN dengan wakil masyarakat sipil adalah tradisi baru yang harus diberi apresiasi. Dialog serupa baru terjadi satu kali pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN sebelumnya, di Hua Hin, awal tahun ini. “Memang kita belum bisa berharap ada output yang konkret,” katanya. “Namun sepuluh tahun lalu, hal seperti ini tidak terbayangkan.”
Sayangnya, masih ada perbedaan persepsi di antara negara anggota ASEAN soal siapa yang berhak mewakili masyarakat sipil dalam dialog hari ini. Indonesia dan Thailand menyerahkan seleksi wakil LSM dan masyarakat sipil pada mekanisme yang disepakati di ASEAN People’s Forum. Sementara delapan pemerintahan yang lain menunjuk sendiri LSM mana yang berhak mewakili masyarakat sipil dari negara mereka. “Proses penunjukkan ini sangat kami sesalkan,” kata Yuyun. “Masyarakat sipil punya mekanisme sendiri yang harus dihargai,” katanya.
Pada KTT ASEAN lalu, kepala negara dari Myanmar meninggalkan dialog karena tidak mau berada dalam satu forum dengan utusan masyarakat sipil dari negaranya sendiri. “Kami tidak tahu apa yang akan terjadi pada pertemuan besok (Jumat, hari ini),” kata Rafendi. “Kita lihat saja nanti.”
Wahyu Dhyatmika (Hua Hin)