TEMPO Interaktif, Jakarta - Korban jiwa akibat banjir besar di Filipina meningkat menjadi 140 orang hari Senin, dan kemarahan warga meningkat karena menganggap operasi tanggap darurat pemerintah kurang memadai.
Presiden Filipina Gloria Arroyo memerintahkan dibangunnya pusat penampungan korban gempa di istana kepresidenan, salah satu indikator yang menunjukkan penanganan tanpa persiapan oleh pemerintah.
Diperkirakan 150 ribu orang terpaksa mengungsi dan secara keseluruhan ada 450 ribu orang yang terkena dampak banjir itu.
Popularitas Arroyo turun akibat banjir itu termasuk popularitas Menteri Pertahanan Gilberto Teodoro, yang hendak maju dalam pemilihan presiden bulan Mei tahun depan.
Hujan dengan volume 410 milimeter (410 liter air per meter persegi) atau setara dengan curah hujan selama satu bulan disertai badai di ibukota Filipina selama akhir pekan kemarin telah menimbulkan banjir bandang yang fatal namun cepat surut. Hari ini sebagian besar kawasan yang tenggelam sudah mulai dapat diakses namun bersamaan dengan itu pihak berwenang Filipina memperkirakan jumlah korban jiwa masih akan bertambah.
Kerugian ditaksir sekitar 1,4 miliar peso (sekitar Rp285,78 miliar) termasuk 500 juta akibat rusaknya tanaman pangan.
REUTERS | RONALD