Setelah pidato Qaddafi pada Rabu (23/9) sudah masuk menit ke-75, seperti dilaporkan koran New York Post, penerjemah tiba-tiba saja bicara, "Saya tak sanggup lagi." Segera saja kepala penerjemah wilayah Timur Tengah, Rasha Ajalyaqeen, mengambil alih tugas menerjemahkan.
Padahal penerjemah awal itu dibawa sendiri oleh Qaddafi dari Libya. Pemimpin yang sudah 40 tahun berkuasa itu rupanya tidak percaya kepada tim penerjemah PBB yang memiliki 25 penerjemah Arab.
Tindakan ini juga aneh karena para pemimpin negara yang berpidato, seringkali menjadikan para penerjemah itu sebagai kambing hitam jika ada yang keselo lidah.
Jadi, kepada PBB, Qaddafi mengatakan ia membawa penerjemah bahasa Prancis dan Inggris karena ia akan berbicara dengan dialek khusus yang hanya dipahami orang Libya. Meski ternyata, ia kemudian berpidato dengan bahasa Arab standar yang dipahami orang dari Maroko di ujung barat sampai Irak di ujung timur.
Tapi rupanya penerjemah yang dibawa Qaddafi pun tidak sanggup menerjemahkan tuannya untuk waktu cukup lama. Ia hanya hanya sanggup bekerja selama 75 menit.
Jadi pada menit 75, suara penerjemah pria berlogat Arab diganti dengan penerjemah perempuan, Ajalyaqeen.
NURKHOIRI