Tiap pemimpin negara sering kali melebihi waktu jatah pidato yang hanya 15 menit. Presiden Amerika Barack Obama, misalnya, berpidato 36 menit atau lebih dari dua kali jatah yang diberikan.
Tapi Qadhafi luar biasa molornya. Ia berpidato sepanjang 126 menit alias lebih dari enam kali jatah waktu yang diberikan.
Terakhir kali ada yang berpidato begitu lama di Majelis Umum PBB adalah Presiden Fidel Castro dari Kuba pada 1960. Saat itu tema pidatonya menyebut semua negara lemah menghadapi ancaman agresi Amerika Serikat.
Sebagian besar pemimpin dunia tampil dengan pakaian resmi barat--dengan jas dan dasi--yang tidak mencolok. Tapi Qadhafi tampil dengan pakaian tradisional Libya. Jubah itu masih ditambah pin berbentuk benua Afrika yang mengkilap.
Sebelum Qadhafi, yang mendapat jatah berpidato adalah Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Saat Obama berpidato, ruangan sidang Majelis Umum PBB itu pnuh.
Tapi saat Qadhafi menyelesaikan pidato, separuh orang di dalam sudah keluar duluan. Separuh sisanya yang didalam tampak bertanya-tanya, marah, kelelahan, atau malah tertawa.
Termasuk yang meninggalkan ruang sidang dari awal adalah delegasi Amerika. Mereka meninggalkan ruang sehingga yang mendengarkan Qaddafi tinggal staf rendahan yang bertugas mencatat pidato.
Presiden Majelis Umum yang kebetulan sedang di tangan orang Libya, Ali Treki, mempersilahkan Qaddafi naik ke panggung dan memperkenalkan sebagai "raja di raja".
Meski namanya sudah disebut, Qaddafi tidak juga naik ke panggung, ia berada di kursinya selama 15 menit untuk bersalaman dan berbicara dengan beberapa orang sehingga hadirin yang lain terdiam bingung.
Akhirnya ia naik ke podium dengan membawa lembaran kertas catatan warna kuning dengan huruf-huruf Arab besar. Ia juga memegang buku kecil Piagam PBB.
Banyak pemimpin menyiapkan naskah pidato dengan serius. Tapi Qaddafi agaknya tidak. Jelas, lembaran kertas kuning itu adalah ringkasan tema yang ia meski bicarakan dan baru saja ia buat. Mungkin saat Obama berpidato.
Dalam pidatonya, ia mengkritik struktur PBB termasuk di dalamnya adalah lima anggota tetap Dewan Keamanan yang memiliki hak veto. Mestinya, kata Qaddafi, Dewan Keamanan tunduk pada Majelis Umum PBB karena ini adalah "parlemen dunia".
"Itu mestinya tidak diberi nama Dewan Keamanan tapi "Dewan Teror"," kata Qaddafi.
Saat mengecam PBB ini ia sedikit menyobek Piagam PBB. Perdana Menteri Inggris Gorden Brown yang tampil belakangan memulai pidato dengan mengatakan, "Saya berdiri di sini untuk mendukung Piagam PBB, bukan untuk menyobeknya."
Patut diingat, Inggris termasuk diuntungkan dengan Piagam PBB karena menjadi satu dari lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Jika waktunya sudah molor terlalu lama, meski presiden Majelis Umum menghentikannya. Tapi yang menjadi presiden adalah orang Libya, Treki, jadi Qaddafi bisa jalan terus.
Ia juga meminta mereka yang menyebabkan pembantaian massal di Irak diadili. Taliban mestinya berhak membangun negara Islam. Ia curiga flu babi itu sengaja dibuat di laboratorium sebagai senjata rahasia. Malah, ia sempat menuntut agar pembunuhan John F. Kennedy dan Martin Luther King diusut sampai tuntas.
Qaddafi juga mengusulkan markas PBB dipindah ke Libya karena sebagian besar para pemimpin dunia mengalami jet lag saat terbang. Ia kembali mengusulkan pemecahan masalah Israel-Palestina dengan membentuk negara bernama Isratina--Israel dan Palestina digabung menjadi satu.
AP/NYT/NURKHOIRI