Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lobi Yahudi Liberal Mulai Muncul di Amerika  

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Selama puluhan tahun politik luar negeri Amerika Serikat dipengaruhi lobi Yahudi garis keras, kelompok yang mati-matian membela apapun keputusan pemerintah Israel. Tapi kini mulai muncul kelompok lobi Yahudi yang berani mengkritik negara Zionis itu seperti soal permukiman Yahudi atau menentang serangan ke Jalur Gaza.

Seperti dilaporkan harian New York Times, kelompok lobi itu bernama J Street dan sikapnya berbeda dengan kelompok lobi fundamentalis seperti American Israel Public Affairs Committee (Komite Urusan Publik Israel Amerika alias Aipac).

Aipac, dan kelompok-kelompok lobi Yahudi lain, dikenal sejak awal 1970-an sebagai grup lobi yang sangat agresif membela Israel. Pakar politik John Mearsheimer dan Stephen Walt, dalam satu bukunya, mengatakan kelompok lobi ini membuat kritik terhadap Israel selalu dibungkam di Kongres.

"Garis bawahnya," ungkap Mearsheimer dan Walt, "bahwa Aipac, yang secara de facto agen pemerintah asing (yakni Israel), memiliki kaki kuat di Kongres, sehingga kebijakan Amerika tidak diperdebatkan di sini meski kebijakan itu memiliki konsekuensi di seluruh dunia."

Sebagian besar kelompok Yahudi di Amerika Serikat juga memasrahkan pandangan politik mereka pada keputusan pemerintah Israel. Padahal, tidak mungkin kepentingan Amerika dan Israel persis sama, tulis dua pakar itu.

Mearsheimer dan Walt bahkan menulis bahwa lobi Yahudi ini yang mendorong Bush menyerang Irak pada 2003 demi melindungi Israel.

Bush memang dikenal sebagai presiden yang memberi cek kosong kepada para perdana menteri Israel. Apapun yang dilakukan oleh Israel, Bush akan merestui.

Sikap Bush berbeda dengan pendahulunya, Bill Clinton, yang kadang memberi kritik kepada Israel. Lebih berbeda lagi adalah penerus Bush, Barack Obama.

President Obama memutuskan bersikap keras agar ada kemajuan di Timur Tengah. Ia menjadikan George Mitchell sebagai kepala juru runding. Tugas Mitchell, tentu saja, meminta konsesi dari Israel sekaligus Arab.

Dari Israel, Mitchell meminta agar permukiman Yahudi di wilayah Palestina tidak ditambah dan Israel menerima "solusi dua negara berdampingan damai" sebagai pemecahan akhir. Tekanan agar tidak menambah permukiman Yahudi ini diumumkan kepada publik.

Tekanan ini tentu saja tidak menyenangkan kelompok lobi Yahudi garis keras. Dalam satu pertemuan dengan Obama, para tokoh lobi Yahudi itu mengeluhkan soal ini.

Malcolm Hoenlein, wakil ketua eksekutif Conference of Presidents of Major American Jewish Organizations, memprotes sikap Obama yang mengumumkan penentangannya terhadap permukiman Yahudi. Kalau ada perbedaan sikap dengan para pemimpin Israel, kata Hoenlein, sebaiknya tidak dibawa ke publik.

Presiden, kata Hoenlein, menyandarkan badan ke belakang dan berkata, "Saya tidak setuju. Kita memiliki delapan tahun diam-diam--antara George W. Bush dan para pemerintah Israel--tapi tidak ada kemajuan."

Obama mendapat tambahan bantuan yakni dari kelompok Yahudi liberal J Street yang baru berusia setahun. Sebagai kelompok lobi Yahudi, tentu saja mereka mendukung Israel.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi, berbeda dengan Aipac dan kelompok lain yang mendukung Israel tanpa syarat, J Street ini sering mengkritik termasuk soal permukiman Yahudi, cocok dengan agenda Obama dalam masalah Palestina. Mereka menyebut kelompoknya sebagai "pro-Israel, pro-damai".

Jeremy Ben-Ami, pendiri dan direktur eksekutif J Street, mengatakan, "Kami mencoba mendefinisikan kembali apa artinya pro-Israel. Anda tidak harus tidak bisa mengkritik. Anda tidak harus patuh pada garis partai. Ini tidak berarti: benar atau salah, Israel."

Pemecahan masalah Timur Tengah yang masuk akal, menurut J Street, adalah negara Israel dan Palestina hidup berdampingan damai sesuai perbatasan pra-1967. Sedang Yerusalem dijadikan ibukota bersama.

Sedang soal Hamas--yang oleh pemerintah Amerika dianggap kelompok teroris--J Street mengatakan mestinya dijalankan lewat pihak ketiga dan dicoba menemukan kelompok yang bersedia damai dengan Israel.

Sikap kontroversial J Street adalah saat mereka menentang serangan Israel ke Jalur Gaza pada 27 Desember tahun lalu. Serangan itu sendiri kemudian menjadi malapetakan diplomasi Israel.

Dukungan J Street untuk Obama itu diterjemahkan dengan mencari dukungan kebijakan soal Israel-Palestina dari anggota Kongres. Ini bukan perkara mudah, baik bagi J Street maupun bagi anggota Kongres yang pro-Obama dalam soal Timur Tengah.

Salah satu pertarungan ini, misalnya, terjadi pada Mei silam. Saat itu Aipac membuat surat kepada Obama yang meminta Amerika "tetap menjadi sahabat setia bagi Israel" dan ditandatangani opleh 329 anggota Kongres.

J Street menanggapi beberapa hari kemudian dengan membuat surat yang meminta Amerika lebih aktif dalam proses damai (berarti berani lebih aktif menekan Israel maupun Arab) dan mendorong pemerintahan yang efektif di wilayah Palestina. Surat ini hanya mendapat dukungan 87 anggota Kongres.

Dukungan masih kecil karena kelompok lobi seperti Aipac sangat agresif. Steve Cohen, salah satu anggota Kongres, misalnya semula didukung Aipac. Begitu ia menandatangani surat dari J Street, segera saja mulai mendapat musuh.

"Saya mengalami beberapa pendukung Aipac yang tidak datang ke acara pengumpulan dana partai saya," katanya. "Biasanya mereka yang pertama datang."

Tapi J Street optimistis. Mereka menyatakan mayoritas Yahudi di Amerika mendukung sikap mereka. Dukungan bagi mereka juga terus muncul. Yang paling gampang terlihat adalah bantuan dana bagi mereka sehingga anggaran mereka sudah berlipat dua jumlahnya, menjadi US$ 3 juta (Rp 3 miliar). Staf lobi yang semula hanya tiga orang juga sudah menjadi enam orang.

NURKHOIRI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


UEA Cegat Rudal Houthi, Ditembakkan saat Kunjungan Presiden Israel

31 Januari 2022

Presiden Israel Isaac Herzog bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 30 Januari 2022. Mohamed Al Hammadi/Kementerian Kepresidenan/WAM/Handout via REUTERS
UEA Cegat Rudal Houthi, Ditembakkan saat Kunjungan Presiden Israel

Uni Emirat Arab berhasil mencegat sebuah rudal balistik yang ditembakkan oleh Houthi dari Yaman ketika negara Teluk itu menjamu Presiden Israel


Biro Travel Khawatirkan Larangan Turis Berpaspor Indonesia Masuk Israel

31 Mei 2018

Sejumlah warga terlibat dalam persiapan menjelang Ramadhan di sekitar masjid Al-Aqsa di Jerusalem, Israel, 11 Juni 2014.  Saeed Qaq/Anadolu Agency/Getty Images
Biro Travel Khawatirkan Larangan Turis Berpaspor Indonesia Masuk Israel

Aturan pelarangan masuk Israel bagi turis berpaspor Indonesia membuat banyak tamu mempertanyakan hal tersebut.


Kedutaan Besar Amerika di Israel Akan Pindah ke Yerusalem

29 Agustus 2017

Seorang pejalan kaki berjalan melewati kedutaan besar Amerika Serikat di Tel Aviv, Israel, Senin (5/8). Penutupan kantor kedutaan AS di Timur Tengah dan Afrika diperpanjang seminggu sebagai tindakan pencegahan setelah al Qaeda mengeluarkan ancaman pada hari Minggu (4/6). REUTERS/ Nir Elias
Kedutaan Besar Amerika di Israel Akan Pindah ke Yerusalem

Netanyahu menunjukkan ekspresi penghargaannya kepada Trump dan pemerintahannya yang selama ini memberikan dukungan kuat bagi Israel.


Kesepian, Monyet Rawat dan Bermain dengan Anak Ayam

26 Agustus 2017

Monyet ini berteman dengan seekor ayam. AP
Kesepian, Monyet Rawat dan Bermain dengan Anak Ayam

Niv, monyet dari spesies Macaque telah menghabiskan waktunya dengan menjaga, membelai, membersihkan, dan bermain dengan seekor anak ayam.


Gereja Ortodoks Yunani Protes Israel Propertinya Dijual ke Yahudi

15 Agustus 2017

Pandangan umum dari menara Gereja Redeemer terlihat sebuah kubah Dome of the Rock di kota tua Yerusalem. middleeastmonitor.com
Gereja Ortodoks Yunani Protes Israel Propertinya Dijual ke Yahudi

Pemimpin Gereja Ortodoks Yunani di Yerusalem tolak keputusan pengadilan Israel yang menyetujui penjualan properti gereja ke ke perusahaan Yahudi.


Israel akan Tutup Kantor Berita Al Jazeera

7 Agustus 2017

Al-Jazeera. Chicagonow.com
Israel akan Tutup Kantor Berita Al Jazeera

Israel menganggap siaran berita Al Jazeera bersifat menghasut.


Sensitivitas Al-Aqsa dan Kebijakan Israel

26 Juli 2017

Sensitivitas Al-Aqsa dan Kebijakan Israel

Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.


Ditembaki Rudal, Israel Balas Serang Pos Hamas di Gaza  

24 Juli 2017

Polisi perbatasan Israle berjaga-jaga dekat pintu masuk masjid Al Aqsa di Yerusalem, 23 Juli 2017. Israel mamasangkan kamera CCTV dan pendeteksi logam pada pintu masuk area masjid yang ditentang oleh warga Palestina dan memicu keteganga di area tersebut. AP
Ditembaki Rudal, Israel Balas Serang Pos Hamas di Gaza  

Tank milik Israel menyerang pos pemantau milik Hamas di Gaza, Senin, 24 Juli 2017, sebagai balasan atas tembakan rudal dari arah perbatasan Palestina.


Israel Akan Membangun Pulau Buatan di Gaza

14 Mei 2017

Rencana proyek pelabuhan dan bandara milik Israel di atas sebuah pulau buatan di lepas pantai Jalur Gaza. Thewashingtonpost.com
Israel Akan Membangun Pulau Buatan di Gaza

Trump akan tiba di Yerusalem pada 22 Mei 2017 untuk membicarakan masalah perdamaian antara Israel dan Palestina.


Bahasa Arab Akan Dihapus dari Bahasa Resmi Israel  

9 Mei 2017

Penanda jalan di Israel yang menggunakan tiga bahasa. wikipedia.org
Bahasa Arab Akan Dihapus dari Bahasa Resmi Israel  

Sejumlah menteri dalam kabinet Israel menyetujui RUU kontroversial yang akan menghapus status bahasa Arab sebagai bahasa resmi Israel.