TEMPO Interaktif, Jakarta - Malawi, sebuah negara di bagian timur Afrika yang baru merdeka tahun 1964, baru punya tiga presiden dan dua kali mengadakan pemilihan umum pekan ini berani mengusir empat pembeli tembakau asing karena melanggar harga minimum pembelian atas hasil panen Malawi.
Tiga pembeli tembakau asal Inggris dan satu asal Afrika Selatan diusir sepanjang pekan ini karena membayar tidak sampai sepertiga dari harga minimum yang ditetapkan pemerintah sebagai bukti janji kampanye Presiden Bingu wa Mutharika menjelang pemilihan umum Malawi bulan Mei lalu.
"Pembeli tembakau asing yang membayar lebih rendah dari harga yang disepakati untuk komoditi pertanian paling penting adalah musuh masyarakat," kata Mutharika dalam sebuah pidato kenegaraan pertengahan pekan ini.
"Mereka secara diam-diam dan sadar berusaha menghambat kebijakan negara ini yang berusaha menyejahterakan rakyatnya dengan harga tembakau yang lebih baik. Mereka telah menyabotase perekonomian Malawi dan merugikan orang-orang yang telah menanam tembakau yang mereka beli."
Pada kampanye awal tahun ini Mutharika berjanji menetapkan harga minimum untuk beberapa jenis tembakau yaitu untuk jenis burley $2.15 (sekitar Rp21.338) per kilogram sedangkan jenis flue-cured minimal $3.09 (sekitar Rp30.668) per kilogram.
Menurut pemerintah para pembeli hanya membayar 70 cents (Rp6.948) per kilogram dan $1.90 (Rp18,858) per kilogram.
Tembakau menyumbang sekitar 75 persen dari devisa Malawi, dengan volume ekspor tahun lalu sekitar 194 juta kilogram dengan nilai US$472 juta (Rp4,68 triliun). Sekitar 80 persen tenaga kerja di Malawi bekerja pada sektor yang terkait dengan tembakau.
ASSOCIATED PRESS | RONALD