TEMPO Interaktif , Taipei - Presiden Taiwan Ma Ying-jeou, di bawah tekanan untuk penanganan korban Topan mematikan bulan lalu. Ma memimpin upacara perkabungan hari Senin (7/9), untuk korban tewas 600 orang dalam bencana itu, dan menyebutnya sebagai suatu "trauma permanen".
Ma berbicara kepada ratusan pengunjung di dalam stadion di Kaohsiung, sebuah selatan kota dekat dengan masyarakat yang terkena Topan Morakot, yang memicu longsor besar. "Banjir itu menyerang hanya sekali dalam satu abad, menyapu rumah kami yang indah dan memusnahkan ratusan orang di negara kita," kata Ma dengan wajah muram, dalam sebuah pidato singkat.
"Hal ini menyebabkan trauma permanen di dalam pikiran kita. Aku tahu bahwa tidak ada kompensasi yang bisa membayar apa pun yang telah kita pertahankan.”
Ma, yang terpilih berkuasa pada 2008, telah menghadapi krisis politik terburuk sejak pelantikannya atas cara pemerintahannya menangani topan dan akibatnya. Sebagai hasil dari kritik publik bahwa respon pemerintah terlambat dan tidak efisien, beberapa anggota Kabinet Ma diharapkan dapat diganti dalam perombakan yang akan datang, mungkin minggu ini.
Topan Morakot melanda pulau ini pada awal Agustus, membawa angin kuat dan hujan lebat yang menewaskan sedikitnya 614 orang tewas dan 75 lainnya hilang, hasil ini berdasarkan angka-angka terbaru dari National Fire Agency.
AP| NUR HARYANTO