Pemimpin spiritual Tibet itu datang terlambat pada hari Minggu di Taiwan, yang merupakan pulau yang diperintah sendiri dan diklaim oleh Cina. Kunjungan Lama untuk menghibur korban topan Morakot yang merupakan bencana terburuk dalam 50 tahun di negeri itu. Setidaknya korban tewas mencapai 570 orang.
"(Perjalanan) Saya sangat, sangat ketat, dan bersifat non-politik," papar Dalai Lama kepada wartawan, yang terdengar mencoba meyakinkan Beijing.
Panitia penyambutan merencanakan akan mennggelar konferensi pers dengan Dalai Lama pada hari Senin, tapi dibatalkan. Pemenang Nobel Perdamaian 1988 ini langsung memulai hari dengan mengunjungi desa-desa yang dilanda banjir.
Meski tidak menyalahkan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou atau yang berkuasa Partai Nasionalis (KMT), Beijing hanya menunjukkan bahwa ia tidak ingin meningkatkan masalah dengan dua isu yang paling sensitif mengenai teritorial --Tibet dan Taiwan.
Cina telah mengklaim kedaulatan atas Taiwan sejak 1949, ketika pasukan Mao Zedong memenangkan perang sipil Cina dan Chiang Kai-shek. Beijing juga telah bersumpah untuk membawa Taiwan di bawah kekuasaannya, jika perlu dengan kekerasan.
Sedang Dalai Lama melarikan diri dari Tibet tahun 1959 setelah usaha pemberontakan yang gagal terhadap kekuasaan Cina.
"Partai Progresif Demokratik memiliki motif tersembunyi untuk menghasut Dalai Lama berkunjung ke Taiwan, yang telah lama terlibat dalam kegiatan separatis," kata juru bicara Konsul Cina, seperti dikutip oleh kantor berita Xinhua. "Kami dengan tegas menentang hal ini dan posisi kami tegas dan jelas," kata jurubicara itu. "Kunjungan Dalai Lama ke Taiwan memiliki pengaruh negatif pada hubungan antara (Cina) daratan dan Taiwan."
REUTERS| NUR HARYANTO