Kesepakatan ini muncul Senin (5/11) dalam KTT ASEAN dan tiga mitra dialog di Brunei Darussalam. Dalam pidato penutupannya, Sultan Hassanal Bolkiah menyatakan kemungkinan pasar terbuka terbesar dunia tersebut – meliputi lebih dari dua miliar penduduk – sangat menarik meskipun belum bisa terwujud.
Sebelumnya kawasan perdagangan bebas ini pernah dimuat dalam suatu daftar usulan dari The East Asia Vision Group, yang didirikan pada tahun 1999 atas inisiatif Presiden Korea Selatan Kim Dae-Jung.
Usulan tersebut, menurut Sultan Hassanal Bolkiah, meliputi proses liberalisasi pasar yang “selangkah lebih maju dari sasaran APEC”. Dalam sasaran APEC, negara maju akan membuka pasar bebas pada 2010 dan di negara berkembang pada 2020.
Sekretaris Jenderal ASEAN, Rudolvo Severino, mengatakan belum ada keputusan final yang dibuat mengenai rencana yang pertama kali muncul dalam KTT ASEAN tahun silam. Namun, yang pasti, para pemimpin negara-negara ASEAN telah memberikan sinyal positif atas rencana tersebut.
Di pihak Cina, Juru bicara Menteri Luar Negeri, Lu Wenxiang, yakin usulan tersebut akan disetujui. Lu juga menyatakan bahwa para pemimpin ASEAN, bersama-sama dengan pemimpin Jepang, Cina, dan Korea Selatan, juga membicarakan bagaimana mendorong kerja sama regional di wilayah lainnya, termasuk di bidang teknologi informatika dan keuangan.
Di bidang keuangan, Cina berharap dapat mengimplementasikan Prakarsa Chiang Mai yang menyangkut rencana tukar menukar mata uang di antara negara-negara ASEAN untuk meng-counter dampak negatif dari krisis keuangan Asia di masa depan.(afp/nunuy nurhayati-tempo news room)