TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah serangan udara Israel di Beirut menewaskan Jenderal Abbas Nilforoushan, Wakil Komandan Operasi Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), bersama dengan Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah.
Serangan udara yang menghantam kawasan Haret Hreik yang padat penduduk di pinggiran selatan Beirut itu menggunakan amunisi penghancur bunker. Pasukan pendudukan Israel menargetkan beberapa bangunan tempat tinggal, dengan total empat bangunan yang runtuh dan menjadi puing-puing.
Serangan udara dahsyat yang menggunakan puluhan ton bahan peledak tersebut tidak hanya menewaskan para komandan Hizbullah dan IRGC, namun juga berdampak pada puluhan warga sipil, enam di antaranya tewas dan 91 lainnya luka-luka, dan banyak yang masih dinyatakan hilang.
IRGC mengeluarkan pernyataan pada Minggu yang mengonfirmasi gugurnya Jenderal Abbas Nilforoushan. Pernyataan tersebut mengutuk tindakan rezim Zionis, dan menggambarkan serangan udara tersebut sebagai kejahatan terhadap Lebanon.
Mereka juga menyatakan belasungkawa, sembari mengucapkan selamat atas kesyahidannya kepada Nilforoushan dalam sebuah pernyataan yang ditujukan kepada Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei, Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Iran.
Siapakah komandan yang gugur itu?
Lahir pada 1966 di Isfahan, Iran, Jenderal Nilforoushan adalah seorang pemimpin militer terkemuka di IRGC, yang menjabat sebagai Wakil Komandan Operasi. Karier militernya dimulai pada 1980 ketika ia bergabung dengan Organisasi Basij, sebuah kelompok paramiliter sukarelawan yang bekerja sama dengan IRGC, sebelum secara resmi masuk ke dalam jajaran IRGC.
Keterlibatannya dalam Perang Iran-Irak (1980-1988), yang dikenal sebagai Pertahanan Suci di Iran, membentuk sebagian besar filosofi dan karier militernya.
Selama Perang Iran-Irak, Nilforoushan, meskipun baru berusia 14 tahun, bertugas di pertempuran barat dan selatan, memimpin beberapa operasi militer yang penting. Keberanian dan keefektifannya selama perang membuatnya mendapatkan promosi yang cepat di IRGC, dan dia menjadi salah satu ahli strategi militer paling dihormati di Iran.
Setelah perang, Nilforoushan melanjutkan studi akademis di bidang manajemen strategis dan meraih gelar Ph.D. dari Universitas Imam Hussein Iran. Dari 2005 hingga 2007, ia menjabat sebagai Wakil Komandan Operasi Angkatan Darat IRGC.
Dia kemudian memimpin Komando dan Sekolah Staf IRGC dari tahun 2010-2014, di mana dia memainkan peran penting dalam melatih para pemimpin militer Iran di masa depan.
Pada Juni 2019, ia ditunjuk untuk menduduki posisi yang kelak menjadi martirnya, Wakil Komandan Operasi atas perintah Panglima Tertinggi IRGC Mayor Jenderal Hossein Salami, yang semakin mengukuhkan perannya sebagai tokoh kunci dalam kepemimpinan militer Iran. Warisan Jenderal Nilforoushan jauh melampaui peran militernya di Iran.