TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Luar Negeri Iran Bidang Pendidikan dan Riset Mohammad Hassan Sheikholeslami memastikan Iran tetap berupaya meraih kemajuan di bidang perekonomian meski menghadapi banyak tekanan, seperti dijatuhkan sanksi oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
Kawasan Timur Tengah sedang menghadapi kemungkinan eskalasi konflik sejak serangan Israel di Jalur Gaza, belum lagi terjadinya pembunuhan komandan senior Hizbullah dan pemimpin politik Hamas. Keduanya merupakan kelompok yang didukung Iran.
Sheikholeslami mengatakan Iran memiliki sumber daya energi dan mineral yang kaya, berbagai jenis industri yang maju, juga sumber daya manusia yang mumpuni. “Maka, terdapat peluang ekonomi yang sangat cemerlang dan sangat menarik di Iran,” katanya saat pengarahan pers di kediaman duta besar Iran di Jakarta Pusat, Selasa, 13 Agustus 2024.
Meski demikian, ia mengeluhkan sanksi yang dijatuhkan kepada negaranya oleh Amerika Serikat dan beberapa negara sekutunya yang tergabung dalam Grup Tujuh (G7). “Kenyataannya adalah, sanksi yang zalim dan ilegal ini telah merugikan negara saya miliaran dolar dan menyebabkan hambatan untuk kemajuan Iran,” ujarnya.
Amerika Serikat telah memberlakukan pembatasan pada aktivitas dengan Iran sejak 1979, menyusul penyitaan Kedutaan Besar AS di Teheran. Terbaru, pada akhir Juni lalu, negara adikuasa itu menetapkan sanksi pada entitas dan kapal yang memperdagangkan produk minyak atau petrokimia Iran. Hal tersebut dilakukan setelah Iran mengumumkan langkah untuk memperluas program nuklirnya, yang menurut Amerika Serikat “tidak memiliki tujuan damai yang kredibel”.
Menghadapi tekanan tersebut, Sheikholeslami mengatakan Iran tetap berupaya melangkah maju, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Iran juga menjajaki kerja sama dengan negara-negara tetangganya.
Ia mengungkap, Iran berniat untuk meningkatkan hubungan dengan Rusia, Cina dan India, juga negara-negara di benua Afrika dan di kawasan Amerika Latin. Iran juga melakukan pendekatan hubungan dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain.
Hasil dari hubungan dengan negara-negara tersebut, menurut dia, bukan hanya menyelamatkan ekonomi Iran tetapi juga membuatnya maju. Berdasarkan catatan Iran, ekonominya mengalami perkembangan sebesar 5% tahun lalu.
Wakil menteri yang juga menjabat presiden Institute for Political and International Studies (IPIS) itu mengatakan negara-negara yang menjatuhkan sanksi terhadap Iran hanya “membatasi diri” dari kesempatan ekonomi dan investasi di sana. Sedangkan negara-negara lain yang tetap menjalankan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan Iran, walaupun tedapat sanksi, mereka adalah pihak yang meraih keuntungan besar.
Pilihan editor: Eks Pegawai BPOM Diduga Memeras untuk Lengserkan Kepala BPOM Penny Lukito
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini