TEMPO.CO, Jakarta - Cina menyambut pembentukan pemerintahan transisi Bangladesh dan berkeinginan memperluas kerja sama dengan negara tersebut. Sebelumnya pada Kamis, 8 Agustus 2024, ekonom Bangladesh yang juga peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus dilantik sebagai perdana menteri ad interim.
"Cina mencatat Bangladesh telah membentuk pemerintahan ad interim dan kami menyambutnya. Cina secara ketat mengikuti prinsip non-intervensi pada urusan dalam negeri negara lain. Kami menghormati kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas wilayah Bangladesh serta jalur pembangunan yang dipilih secara mandiri oleh rakyat Bangladesh," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina pada Jumat, 9 Agustus 2024, menanggapi kondisi di Bangladesh.
Cina terus berpegang pada kebijakan "tetangga yang baik dan bersahabat" dengan seluruh rakyat Bangladesh, kata juru bicara tersebut. Persahabatan kedua negara "sudah lama terjalin dan mendalam."
"Cina menghargai hubungan dengan Bangladesh dan siap bekerja sama dengan Bangladesh untuk mempromosikan pertukaran dan kerja sama bilateral di berbagai bidang serta lebih lanjut meningkatkan kemitraan strategis komprehensif kedua negara," tambah juru bicara tersebut.
Aksi protes mulai terjadi di Dhaka dan di seluruh Bangladesh setelah Gerakan Mahasiswa Anti-Diskriminasi mengumumkan "aksi non-kooperatif" berhari-hari dengan pihak berwenang pada Minggu, 4 Agustus 2024.
Bentrokan antara mahasiswa, polisi, dan pendukung pemerintah meningkat menjadi kerusuhan. Perdana Menteri Bangladesh Hasina mengundurkan diri di tengah kekacauan tersebut.
Pada Senin, 5 Agustus 2024, media melaporkan Hasina dan saudara perempuannya telah meninggalkan kediaman resmi di Dhaka dan melarikan diri ke India. Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar membenarkan hal ini.
Sumber: Sputnik-OANA
Pilihan editor: AS Hadapi Protes terkait Penolakan Nagasaki Undang Israel