TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden berharap agar Iran mundur dari ancamannya untuk membalas pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, di tengah meningkatnya kekhawatiran eskalasi konflik di Timur Tengah.
Ketegangan regional meningkat setelah pembunuhan Haniyeh pada hari Rabu, 31 Juli 2024, sehari setelah serangan Israel di Beirut menewaskan Fuad Shukr, seorang komandan militer senior dari kelompok Lebanon Hizbullah. Kedua kelompok tersebut didukung oleh Iran.
Iran dan Hamas menyalahkan Israel atas pembunuhan Haniyeh, namun Israel hingga saat ini belum mengaku bertanggung jawab. Bersama Hizbullah, mereka telah bersumpah untuk membalas dendam atas pembunuhan itu.
Biden menjawab pertanyaan wartawan pada Sabtu, 3 Agustus 2024 tentang apakah Iran akan mundur dari janjinya untuk balas dendam. “Saya harap begitu. Saya tidak tahu,” ujarnya, seperti dikutip Reuters.
Dalam upaya memperkuat pertahanan di Timur Tengah sebagai respons terhadap ancaman dari musuh-musuh Israel, Departemen Pertahanan AS atau Pentagon mengatakan pada Jumat bahwa mereka akan mengerahkan jet tempur tambahan dan kapal perang Angkatan Laut ke kawasan tersebut.
Penjabat Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani baru-baru ini memberi tahu Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres bahwa pembunuhan Haniyeh di wilayah Iran telah “melanggar integritas teritorial dan kedaulatan nasional Republik Islam Iran”.
“Iran tidak akan melepaskan haknya untuk membela diri dan mengambil tindakan balasan untuk menghukum para Zionis kriminal,” kata Bagheri Kani, dikutip dari kantor berita Tasnim.
Amerika Serikat dan mitra-mitra internasionalnya termasuk Prancis, Inggris, Italia, dan Mesir melanjutkan kontak diplomatik pada Sabtu untuk mencegah eskalasi regional lebih lanjut.
Para warga Amerika Serikat yang ingin meninggalkan Lebanon dianjurkan untuk segera mulai membuat rencana, dan pemerintah Inggris menyarankan warga negaranya untuk “pergi sekarang”. Kanada memperingatkan warganya untuk menghindari semua perjalanan ke Israel, dengan mengatakan konflik bersenjata regional membahayakan keamanan.
Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty menekankan dalam panggilan telepon dengan Bagheri Kani kemarin bahwa perkembangan terkini di kawasan itu “belum pernah terjadi sebelumnya, sangat berbahaya” dan mengancam stabilitas.
Abdelatty mendesak semua pihak untuk menahan diri guna mencegah situasi semakin memburuk di luar kendali.
REUTERS | TASNIM | EGYPT TODAY
Pilihan editor: Cerita Istri TKI yang Ditembak di Malaysia, Sebelum Tewas Sempat Panggilan Video