Haniyeh telah memimpin kelompok militan tersebut sejak 2017 dan telah berpindah-pindah antara Qatar dan Turki karena para pemimpin garis keras kelompok tersebut di Gaza bersembunyi dari serangan militer Israel. Serangan udara Israel baru-baru ini menargetkan kepala militer Hamas Mohammed Deif, yang telah selamat dari sedikitnya tujuh upaya pembunuhan.
Beberapa warga Palestina di Gaza mengatakan pembunuhan Haniyeh membuat prospek berakhirnya perang menjadi semakin jauh.
Pembunuhannya memicu kegelisahan tentang perang Timur Tengah yang lebih luas dan lebih kompleks karena Hizbullah di Lebanon yang didukung Iran dan Israel saling tembak di perbatasan mereka dan milisi Houthi di Yaman menyerang kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel di Laut Merah dan perairan lainnya.
"Jika Iran tidak menyerang Israel, saya dapat katakan Iran mengkhianati Haniyeh," kata warga Gaza, Rasha Ali, 40 tahun.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dibunuh di Iran setelah menghadiri pelantikan presiden baru negara itu, Rabu pagi 31 Juli 2024. Hamas menyalahkan serangan udara Israel atas kematiannya. Garda Revolusi paramiliter Iran mengatakan pihaknya sedang menyelidiki serangan itu dan belum mengatakan bagaimana serangan itu terjadi.
Hamas mengatakan Haniyeh terbunuh dalam serangan udara Zionis di kediamannya di Teheran” setelah dia menghadiri pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada Selasa, bersama dengan pejabat Hamas lainnya dan pejabat dari Hizbullah dan kelompok sekutunya.
REUTERS | AL JAZEERA
Pilihan editor: Siapa Komandan Tertinggi Hizbullah yang Jadi Target Israel di Beirut?