TEMPO.CO, Jakarta - Serangan roket terhadap lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel menewaskan 12 orang termasuk anak-anak pada Sabtu, kata pihak berwenang Israel. Israel menuding Hizbullah dan bersumpah untuk membalas kelompok Lebanon yang didukung Iran.
Hizbullah membantah bertanggung jawab atas serangan tersebut, yang merupakan serangan paling mematikan di Israel atau wilayah yang dianeksasi Israel sejak dimulainya konflik di Gaza.
“Serangan Hizbullah hari ini melewati semua garis merah, dan responsnya akan sesuai dengan itu. Kita sedang mendekati momen perang habis-habisan melawan Hizbullah dan Lebanon,” kata Menteri Luar Negeri Israel Katz kepada Axios.
Dalam pernyataan tertulisnya, Hizbullah mengatakan: “Perlawanan Islam sama sekali tidak ada hubungannya dengan insiden tersebut, dan dengan tegas menyangkal semua tuduhan palsu terkait hal ini”.
Kelompok ini sebelumnya mengumumkan beberapa serangan roket yang menargetkan posisi militer Israel di lokasi lain di Lebanon.
Hizbullah dan Israel telah saling baku tembak di daerah-daerah di atau dekat perbatasan Lebanon-Israel sejak meletusnya perang Gaza, dalam konflik yang telah menimbulkan kekhawatiran akan konflik besar-besaran antara kedua musuh yang bersenjata lengkap.
Layanan ambulans Israel mengatakan 13 orang lainnya terluka oleh roket yang ditembakkan dari Lebanon dan menghantam lapangan sepak bola di Desa Majdal Shams, Druze.
"Kami menyaksikan kehancuran besar ketika kami tiba di lapangan sepak bola, serta barang-barang yang terbakar. Ada korban jiwa di rumput dan pemandangannya mengerikan," kata Idan Avshalom, petugas medis di layanan ambulans Magen David Adom.
Seorang saksi mata mengatakan kepada Reuters: "Roket itu mendarat di lapangan sepak bola, semuanya adalah anak-anak...banyak jenazah dan sisa-sisa jasadnya berada di lapangan, kami tidak tahu siapa mereka." Dia meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang dijadwalkan kembali dari Amerika Serikat ke Israel pada Sabtu malam, mengatakan ia akan mempercepat penerbangannya dan mengadakan kabinet keamanan pada saat kedatangannya.
Sekutu koalisi sayap kanan, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, menyerukan pembalasan yang keras, termasuk terhadap pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah.
“Atas kematian anak-anak, Nasrallah harus membayar dengan kepalanya. Seluruh Lebanon harus membayar,” Smotrich memposting di X. “Perdana menteri harus segera kembali. Ini adalah waktu untuk bertindak.”
Andrea Tenenti, juru bicara pasukan penjaga perdamaian UNIFIL yang beroperasi di Lebanon selatan, mengatakan kepada Reuters bahwa komandan pasukannya telah melakukan kontak dengan pihak berwenang di Lebanon dan Israel "untuk memahami rincian insiden Majdal Shams dan untuk menjaga ketenangan".