Badan pengungsi PBB mengatakan Selasa ini, bahwa eksodus ini sebagai upaya meloloskan diri dari negara yang terkepung dan persiapan pertemuan dengan menteri luar negeri Amerika Serikat Hillary Rodham Clinton pekan depan.
UNHCR mengatakan, hampir seperempat juta penduduk Somalia telah meniggalkan rumah mereka sejak 7 Mei, ketika kelompok baru meluncurkan serangan terpadu ke ibukota. Amerika mengatakan beberapa pemimpin pemberontak ada link ke Al-Kaidah.
Juru bicara UNHCR Ron Redmond mengatakan kepada wartawan di Jenewa. Konflik ini membuat lebih dari 12.000 warga sipil memilih tinggal di tempat pengungsian di sebelah utara kota Somalia, Bossasso, dimana mereka mengambil risiko dengan menyelundup ke Yaman.
"Selama dua bulan ini perhatian pemerintah seharusnya fokus pada perang," kata Nor Mohamud Ahmed, seorang dosen di Universitas Mogadishu. "Pekan lalu perdana menteri... bernama menteri keamanan, dan sekarang parlemen harus bertemu, saya dapat katakan kembali fokus ke masalah masalah dalam negeri daripada mengakhiri perang."
Clinton dan Presiden Somalia Sheik Sharif Sheik Ahmed bertemu minggu depan di Nairobi, Kenya – tempat itu dipilih dengan alasan kemanan. Mereka diharapkan mendiskusikan meningkatnya pembajakan di Somalia dan kemungkinan hubungan antara al-Qaida dan pemberontak Somali.
Saat ini pemerintah hanya beberapa blok dari Mogadishu, dengan dukungan dari penjaga perdamaian Uni Afrika dan pengiriman senjata dari negara-negara termasuk Amerika Serikat. Tetapi pemerintah masih kontrol pelabuhan, bandara dan bangunan pemerintah penting lainnya, dimana kelompok pemberontak telah mencoba mati-matian untuk merebutnya.
AP| NUR HARYANTO