TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan pemerintahannya terlibat dalam tindakan-tindakan yang ia sebut sebagai kejahatan perang Israel dan pelanggaran hukum internasional di Gaza. Ia juga menyerukan sanksi terhadap Israel.
Dalam sebuah wawancara dengan Newsweek selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO di Washington, Erdogan mengatakan “pembunuhan brutal” Israel terhadap warga sipil serta serangan terhadap rumah sakit, pusat bantuan, dan tempat-tempat lain merupakan kejahatan perang.
“Namun, pemerintah AS mengabaikan pelanggaran-pelanggaran ini dan memberikan dukungan paling besar kepada Israel. Mereka melakukannya dengan mengorbankan keterlibatan mereka dalam pelanggaran-pelanggaran ini,” kata Erdogan.
“Pada saat ini, siapa yang akan menjatuhkan sanksi seperti apa terhadap Israel karena melanggar hukum internasional? Itu adalah pertanyaan sebenarnya dan tidak ada yang bisa menjawabnya,” ujarnya.
Israel telah konsisten menolak tuduhan bahwa mereka telah melakukan kejahatan perang dalam upaya menumpas kelompok militan Palestina Hamas di Gaza. Mereka membantah sengaja menargetkan warga sipil.
Serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 38.345 orang dan melukai 88.295 orang lainnya sejak Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Lebih dari sebagian populasi Gaza telah menjadi pengungsi internal, dan mereka menghadapi bencana kelaparan di tengah sulitnya akses bantuan kemanusiaan.
Kampanye militer itu dilakukan setelah Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.139 orang dan menyandera lebih dari 250 orang lainnya, menurut penghitungan Al Jazeera berdasarkan angka resmi Israel.
Israel telah menduduki wilayah Palestina, termasuk Gaza yang diperintah oleh Hamas dan Tepi Barat yang diperintah oleh Otoritas Palestina (PA), sejak 1967. Kedua wilayah tersebut sebelumnya berada di bawah kuasa Yordania.
Turki telah mengecam serangan Israel di Gaza, menghentikan semua ekspor dan impor dengan Israel, serta menyuarakan dukungan untuk Hamas. Negara anggota NATO itu telah berulang kali mengkritik negara-negara Barat karena mendukung Israel dan menyerukan agar Israel dihukum oleh pengadilan internasional.
Ketika ditanya tentang hubungan baik Turki dengan Rusia dan Cina, serta kontak Ankara baru-baru ini dengan kelompok BRICS dan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), Erdogan mengatakan Turki menjalankan diplomasinya dengan pendekatan “win-win”, dan oleh karena itu tidak menutup kemungkinan untuk terlibat dengan entitas non-Barat.
“Kami adalah sekutu NATO yang teguh. Namun, kami tidak percaya bahwa hal ini menghambat kemampuan kami untuk membangun hubungan positif dengan negara-negara seperti Cina dan Rusia,” kata Erdogan kepada Newsweek.
Pilihan Editor: Korban Tewas di Gaza Jadi 38.295 karena Israel Membunuh 52 Warga
REUTERS