TEMPO.CO, Jakarta - Presiden AS Joe Biden untuk pertama kalinya secara terbuka berjanji untuk menangguhkan pengiriman senjata dari Israel jika pasukannya melakukan invasi besar-besaran ke Rafah di Gaza selatan, sementara negosiasi di Kairo mengenai rencana gencatan senjata di daerah kantong tersebut akan dilanjutkan pada Kamis.
"Saya telah menjelaskan bahwa jika mereka masuk ke Rafah..., saya tidak akan memasok senjata," kata Biden, yang pemerintahannya telah berulang kali meminta Israel untuk rencana untuk melindungi warga sipil di Rafah, pada Rabu, 8 Mei 2024, dalam sebuah wawancara dengan CNN.
Kimberly Halkett dari Al Jazeera, melaporkan dari Gedung Putih pada Rabu, mengatakan bahwa pengiriman tersebut mencakup 1.800 bom, masing-masing dengan berat sekitar 900 kg dan 1.700 bom lainnya - masing-masing dengan berat 226 kg.
Biden mengakui bahwa bom-bom AS yang diberikan kepada Israel telah menewaskan warga sipil Gaza dalam serangan tujuh bulan yang bertujuan untuk menghancurkan Hamas.
Pemerintahan Presiden Joe Biden telah dikritik atas kebijakannya mempersenjatai Israel, yang menurut para kritikus melanggar undang-undang AS yang melarang bantuan militer dan penjualan senjata kepada negara-negara yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia. Tujuh bulan pengeboman dan pengepungan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan hampir 35.000 orang dan melukai hampir 80.000 orang, dan Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, yang dibantahnya.
Seberapa mematikannya amunisi-amunisi untuk Israel yang ditunda pengirimannya oleh Amerika Serikat? Apa kelemahannya?