Jerman dan Republik Ceko
Republik Ceko tidak menghadiri upacara tersebut, sementara Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan bahwa perwakilannya tidak akan hadir – Jerman sebelumnya memanggil pulang duta besarnya karena dugaan serangan siber Rusia.
Prancis
Menggarisbawahi perpecahan mengenai bagaimana menghadapi Rusia, sumber diplomatik Paris mengatakan: "Prancis akan diwakili oleh duta besarnya untuk Rusia."
Berbicara bersama Presiden China pada Senin, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan: "Kami tidak sedang berperang dengan Rusia atau rakyat Rusia, dan kami tidak menginginkan perubahan rezim di Moskow."
Sumber tersebut mengatakan bahwa Prancis sebelumnya telah mengutuk konteks penindasan di mana pemilihan umum diadakan, yang membuat para pemilih tidak memiliki pilihan yang nyata, serta penyelenggaraan pemilihan umum di wilayah-wilayah Ukraina yang diduduki oleh Rusia, yang Prancis anggap sebagai pelanggaran hukum internasional dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Hubungan Prancis-Rusia telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir karena Paris telah meningkatkan dukungannya untuk Ukraina.
Minggu lalu Macron tidak menampik pengiriman pasukan ke Ukraina, dengan mengatakan bahwa jika Rusia menerobos garis depan Ukraina, maka sah-sah saja untuk mempertimbangkannya jika Kyiv meminta dukungan.
Selain Prancis, Hongaria dan Slovakia juga hadir.
Negara-negara Baltik
Tiga negara Baltik – Estonia, Latvia, dan Lituania – yang telah menarik duta besar mereka dari Moskow – tidak mau menghadiri peresmian tersebut.
"Kami percaya bahwa isolasi terhadap Rusia, dan terutama terhadap pemimpin kriminalnya, harus dilanjutkan," kata Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis.
"Partisipasi dalam pelantikan Putin tidak dapat diterima oleh Lithuania. Prioritas kami tetap mendukung Ukraina dan rakyatnya yang berjuang melawan agresi Rusia."
REUTERS | AL JAZEERA
Pilihan Editor: Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia