Invasi Israel ke Rafah Ditentang AS hingga Arab Saudi
Operasi militer Israel ke Rafah ditentang keras oleh sejumlah negara mulai dari Arab Saudi hingga Amerika Serikat. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan bahwa operasi ini sebagai kampanye “berdarah dan sistematis” yang bertujuan mengusir paksa warga Palestina dari Jalur Gaza.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan penargetan yang disengaja terhadap wilayah sipil seperti Rafah merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan prinsip-prinsip hak asasi manusia. “Kementerian Luar Negeri menyampaikan peringatan Kerajaan Arab Saudi tentang bahaya pasukan pendudukan Israel yang menargetkan kota Rafah sebagai bagian dari kampanye berdarah sistematis untuk menyerbu seluruh wilayah Jalur Gaza dan mengusir penduduknya ke tempat yang tidak diketahui, di mengingat kurangnya zona aman setelah kehancuran besar-besaran yang disebabkan oleh mesin perang Israel,” demikian bunyi pernyataan itu.
Hal senada diungkapkan oleh Amerika Serikat. Saat menelepon Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin, Presiden AS Joe Biden menolak serangan darat ke Rafah. “Presiden menegaskan kembali posisinya yang jelas mengenai Rafah,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Lebih dari 1,5 juta warga Palestina berlindung di Rafah, yang juga berfungsi sebagai pintu gerbang utama bantuan kemanusiaan memasuki Gaza.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby juga mengatakan pada hari Senin bahwa sikap AS tentang Rafah tak berubah. “Presiden sangat lugas bahwa kami tidak ingin melihat operasi darat besar-besaran di Rafah yang menempatkan orang-orang ini pada risiko yang lebih besar,” kata Kirby.
CNN | REUTERS | AL ARABIYA
Pilihan editor: Zelensky Masuk Daftar Buronan Rusia, Dubes Ukraina: Upaya Putus Asa dari Negara yang Kalah