TEMPO.CO, Jakarta - Israel mengatakan syarat-syarat proposal gencatan senjata yang diterima Hamas pada hari Senin masih jauh tuntutan yang diajukan. Israel memperingatkan akan tetap melanjutkan operasi militernya di Rafah bahkan ketika mereka mengirim perunding untuk berbicara dengan mediator.
Dalam sebuah pernyataan hari Senin, Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh mengatakan kepada perdana menteri Qatar dan menteri intelijen Mesir bahwa kelompok tersebut telah menerima proposal untuk gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan. Warga Palestina merayakan pernyataan tersebut di jalan-jalan Gaza, sementara di Tel Aviv, keluarga sandera memohon kepada para pemimpin Israel untuk menerima kesepakatan tersebut.
Namun tak lama kemudian, Israel mengatakan persyaratan yang diterima Hamas masih jauh dari memenuhi “persyaratan.” Israel menegaskan kembali komitmennya untuk melakukan serangan di kota Rafah di Gaza selatan. Kabinet perang Israel telah “dengan suara bulat memutuskan” untuk melanjutkan serangan tersebut. Operasi militer itu bertujuan memberikan tekanan militer terhadap Hamas. Namun mereka setuju untuk mengirim delegasi ke mediator untuk pembicaraan lebih lanjut.
Pada Senin malam, Pasukan Pertahanan Israel mengatakan mereka “melakukan serangan yang ditargetkan terhadap sasaran teror Hamas di Rafah timur di Jalur Gaza selatan.” Video dan gambar menunjukkan beberapa ledakan di kawasan Rafah pada Senin malam.
Berita ini muncul hanya beberapa jam setelah Israel memerintahkan warga Palestina yang tinggal di Rafah, sebuah kota di Gaza selatan, untuk segera mengungsi.
Perintah tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa ancaman serangan Israel terhadap kota tersebut akan segera terjadi. Lebih dari 1 juta warga Palestina telah melarikan diri ke Rafah, tempat Hamas diyakini telah berkumpul kembali setelah Israel menghancurkan sebagian besar wilayah utara Gaza.