TEMPO.CO, Jakarta - PBB melaporkan kehancuran bangunan dan perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II. PBB pada Kamis menambahkan bahwa dibutuhkan pembangunan setidaknya hingga 2040 untuk memulihkan perumahan yang hancur akibat pengeboman dan serangan darat Israel, meski konflik berakhir hari ini.
Abdallah Al Dardari, direktur regional UNDP untuk negara-negara Arab, mengatakan pada konferensi pers PBB saat meluncurkan laporan, bahwa hampir US$50 miliar investasi di Gaza diperkirakan telah musnah dalam konflik tersebut, dan 1,8 juta warga Palestina jatuh ke dalam kemiskinan.
Al Dardari mengatakan, setelah 51 hari serangan Israel ke Gaza pada 2014, terdapat 2,4 juta ton puing di Gaza. Dalam perang yang terjadi saat ini, katanya, sudah ada 37 ton puing yang harus disingkirkan untuk dijadikan tempat berlindung sementara dan bangunan lain yang penting untuk mengembalikan keadaan normal bagi warga Palestina di Gaza.
Setidaknya 370.000 unit rumah di Gaza telah rusak, termasuk 79.000 unit yang hancur total, kata laporan itu, bersama dengan bangunan komersial.
“Kami belum pernah melihat hal seperti ini sejak 1945, sejak Perang Dunia Kedua – intensitas sebesar itu dalam waktu singkat, dan skala kehancuran yang sangat besar,” katanya.
Al Dardari mengatakan perkiraan awal biaya program pemulihan dini selama tiga tahun, yang akan membawa ratusan ribu warga Palestina kembali ke tempat penampungan sementara di lokasi asal mereka dengan dukungan masyarakat, adalah antara US$2 miliar-US$3 miliar.
Perkiraan kasar untuk keseluruhan rekonstruksi Gaza adalah antara US$40 miliar-US$50 miliar, katanya.
Namun Al Dardari menekankan bahwa fokus saat ini adalah perencanaan pemulihan dini.
Penilaian PBB tersebut mengatakan dampak sosial dan ekonomi dari perang yang dilancarkan setelah serangan mendadak Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober telah meningkat “secara eksponensial.”
Laporan tersebut menyebut tingkat korban jiwa – 5% dari 2,3 juta penduduk Gaza – “belum pernah terjadi sebelumnya” dalam waktu sesingkat itu.
Pada pertengahan April, lebih dari 33.000 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 80.000 orang terluka. Sekitar 7.000 orang lainnya masih hilang, sebagian besar diyakini terkubur di bawah reruntuhan.
“Setiap hari tambahan perang ini menimbulkan kerugian yang sangat besar dan semakin besar bagi warga Gaza dan seluruh warga Palestina,” ujar Administrator Program Pembangunan PBB Achim Steiner, dalam kesempatan yang sama.
Laporan UNDP dan Komisi Ekonomi PBB untuk Asia Barat memberikan gambaran buruk tentang perjuangan untuk bertahan hidup di Gaza, di mana 201.000 pekerjaan telah hilang sejak perang dimulai dan perekonomian mengalami kontraksi sebesar 81% pada kuartal terakhir 2023.
Gaza telah diblokade oleh Israel dan Mesir sejak pengambilalihan Hamas pada 2007, sehingga memberikan kontrol ketat terhadap apa yang masuk dan keluar dari wilayah tersebut. Bahkan sebelum perang, negara ini menghadapi “pengangguran berlebihan” sebesar 45%, dan mencapai hampir 63% di antara pekerja muda.
Menurut laporan tersebut, Indeks Pembangunan Manusia PBB – yang mengukur isu-isu utama untuk umur panjang dan sehat, untuk memperoleh pengetahuan dan untuk mencapai standar hidup yang layak – telah mundur selama lebih dari 20 tahun di Gaza.
“Dasar produktif perekonomian telah hancur,” kata laporan itu, dengan sektor-sektor mengalami kerugian lebih dari 90%. Diperkirakan PDB Gaza bisa turun 51% pada tahun 2024.
“Ruang lingkup dan skala kerusakan belum pernah terjadi sebelumnya dan terus meningkat seiring perang yang masih berkecamuk.”
Setelah konflik Israel-Hamas sebelumnya, perumahan dibangun kembali dengan laju 992 unit per tahun. Sekalipun Israel mengizinkan penambahan bahan bangunan sebanyak lima kali lipat ke Gaza, dibutuhkan waktu hingga 2040 untuk membangun kembali rumah-rumah yang hancur, tanpa memperbaiki rumah-rumah yang rusak.
Al Dardari mengatakan koordinator senior kemanusiaan dan rekonstruksi PBB untuk Gaza, Sigrid Kaag, dan pejabat lainnya bertemu Kamis pagi dengan 22 badan PBB dan membahas rencana masing-masing badan untuk tahun-tahun awal setelah perang berakhir.
“Kami berada di ambang pengembangan dan penyelesaian pandangan terpadu dan kerangka pemulihan awal yang berpusat pada Palestina, dipimpin oleh Palestina, dan dimiliki oleh rakyat Palestina,” kata Al Dardari.
Pilihan Editor: Kehidupan Warga Gaza Hancur Gara-gara Serangan Israel, Ini Detailnya
NEWS18 | AL ARABIYA