Kekerasan kembali merebak di ibukota Xinjiang, Selasa (7/7), hanya beberapa jam setelah pejabat kota itu mengadakan jumpa pers. Sebelumnya, polisi telah berupaya menormalkan keadaan di jalan-jalan di Urumqi. Setidaknya 156 orang dikabarkan tewas dalam kerusuhan pada hari Minggu.
Pejabat pemerintah mengatakan lebih dari 1.000 tersangka telah ditangkap sejak serangan yang dilakukan oleh etnis Uighurs yang mayoritas beragama Islam terhadap etnis Han, yang merupakan etnis mayoritas.
Hu memperpendek perjalanan ke Italia untuk mengambil bagian dalam pertemuan Kelompok Delapan Rabu ini. Presiden Cina itu memilih pulang untuk segera mengatasi kekerasan yang terjadi, papar Departemen Luar Negeri pada mengatakan pada situs Web.
Departemen Luar Negeri mengatakan, Hu telah meninggalkan Cina saat kerusuhan terjadi di daerah kaya minyak, Xinjiang, di mana 1.080 orang telah terluka dan 1.434 ditangkap dalam kerusuhan antara etnis Han dan etnis Muslim Uighurs, sejak hari Minggu.
Urumqi, adalah ibu kota Xinjiang, semalam telah diberlakukan jam malam kepada ribuan warga Han yang menuntut ganti rugi di jalan-jalan dan mengantisipasi aksi balas dendam pada kekerasan, Minggu.
Polisi mengatakan bahwa bentrokan dipicu oleh percekcokan antara etnis Uighurs dan Han di sebuah pabrik di Cina Selatan. Rumor yang berkembang ada dua perempuan diperkosa tenis Uighurs. Polisi sudah menangkap 15 orang, termasuk dua yang diduga menyebarkan rumor melalui Internet.
Seperti halnya dengan Tibet, Xinjiang merupakan salah satu wilayah yang paling sensitif dalam politik di Cina. Letaknya yang strategis, di perbatasan dengan Rusia, Mongolia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Afghanistan, Pakistan dan India, darah ini memiliki cadangan minyak berlimpah dan produksi gas alam terbesar di Cina.
Xinjiang telah lama dikontrol ketat karena masalah ketegangan antar etnis, yang dipupuk oleh kesenjangan ekonomi antara etnis Uighurs dan Han. Selain itu, kontrol pemerintah pada agama dan budaya dan masuknya migran suku Han, yang kini menjadi mayoritas di kota-kota paling penting, termasuk Urumqi.
Masalah yang mendesak, pemerintah harus mengendalikan amarah dari kedua sisi etnis untuk mengendalikan Xinjiang, yang mempunyai cadangan gas dan hubungan perdagangan dan energi ke pusat Asia. Terlebih lagi masalah ini menjadi tes untuk memerintah Partai Komunis.
Kelompok Han berkumpul di sekitar wartawan di Urumqi untuk menyatakan kemarahannya. Belum jelas apa yang terjadi dengan wanita Uighur.
"Kami ingin teroris ini dihukum. Kami masih marah," kata salah satu orang etnis Han.
REUTERS| AP| NUR HARYANTO