TEMPO.CO, Jakarta - Banyak pemimpin dunia menyambut baik resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang menuntut gencatan senjata segera antara Israel dan kelompok Palestina Hamas di Gaza.
Sementara Amerika Serikat, Senin, 25 Maret 2024, abstain dalam pemungutan suara, 14 anggota DK yang lain memberikan suara untuk resolusi tersebut.
Abstainnya AS merupakan "sebuah kemunduran yang jelas dari posisi konsisten AS", dan akan merugikan upaya perang Israel dan upaya untuk membebaskan para sandera yang masih ditahan oleh Hamas, kata kantor perdana menteri.
Berikut adalah beberapa reaksi dari para pejabat penting di seluruh dunia:
Gedung Putih AS
Gedung Putih mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa abstainnya Washington dalam pemungutan suara "tidak mewakili pergeseran dalam kebijakan kami... namun karena teks akhir tidak memiliki bahasa yang menurut kami penting, seperti kecaman terhadap Hamas, kami tidak dapat mendukungnya".
Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa para pejabat AS "sangat kecewa dengan keputusan Netanyahu untuk tidak mengirimkan penasihatnya untuk melakukan pembicaraan di Gedung Putih tentang operasi Rafah".
Sekjen PBB, Antonio Guterres
Pejabat PBB tersebut mengatakan bahwa resolusi DK PBB tersebut "harus diimplementasikan", dan menambahkan bahwa kegagalan untuk melakukannya "tidak dapat dimaafkan".
“Dewan Keamanan baru saja menyetujui resolusi yang telah lama ditunggu-tunggu mengenai Gaza, yang menuntut gencatan senjata segera, dan pembebasan semua sandera dengan segera dan tanpa syarat,” katanya.
Duta Besar Cina untuk PBB, Zhang Jun
"Setelah berulang kali memveto tindakan dewan, Amerika Serikat akhirnya memutuskan untuk berhenti menghalangi tuntutan dewan untuk segera melakukan gencatan senjata. Terlepas dari semua ini, AS masih berusaha mencari berbagai macam alasan dan melontarkan tuduhan kepada Cina," kata duta besar Cina untuk PBB, Zhang Jun.
"Bagi mereka yang telah tewas, resolusi dewan hari ini sudah terlambat, namun bagi jutaan orang di Gaza yang masih terperosok ke dalam bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, resolusi ini, jika diterapkan secara penuh dan efektif, masih dapat membawa harapan yang telah lama dinanti-nantikan," tambahnya.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Alekseyevich Nebenzya
Nebenzya mengatakan Moskow berharap resolusi tersebut akan digunakan untuk "kepentingan perdamaian" dan bukan untuk memajukan "operasi Israel yang tidak berperikemanusiaan terhadap warga Palestina".
Dia mengatakan Rusia lebih menyukai versi teks yang menuntut gencatan senjata selama bulan Ramadan yang akan mengarah pada "gencatan senjata permanen yang berkelanjutan".
"Kami kecewa karena hal itu tidak berhasil. Namun demikian, kami percaya bahwa pada dasarnya penting untuk memberikan suara yang mendukung perdamaian. Dewan harus terus bekerja untuk mencapai gencatan senjata permanen," katanya.