TEMPO.CO, Jakarta - Ketika perang di Ukraina memasuki tahun ketiganya, konflik akan terjadi tidak hanya di medan perang tetapi juga di ibu kota negara-negara Barat dan tempat-tempat lain yang jauh dari garis depan.
Dengan pasukan Ukraina yang berada dalam posisi tertinggal, kekurangan amunisi dan terpaksa mundur di beberapa daerah, kemampuan Kyiv untuk mengusir invasi Rusia sangat bergantung pada dukungan militer, keuangan dan politik Barat.
Berikut adalah beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi dukungan Barat terhadap Ukraina pada tahun depan:
Paket Bantuan AS di Kongres
Sebuah rancangan undang-undang yang tersangkut di Kongres AS yang mencakup sekitar US$60 miliar bantuan untuk Ukraina – sebagian besar berupa bantuan militer – sangat penting bagi pasukan Kyiv, kata para pejabat Barat dan Ukraina.
“Setiap minggu kita menunggu berarti akan ada lebih banyak orang yang terbunuh di garis depan di Ukraina,” kata bos NATO Jens Stoltenberg pada konferensi keamanan besar di Munich akhir pekan lalu.
Senat AS meloloskan rancangan undang-undang tersebut, yang juga mencakup bantuan untuk Israel dan Taiwan, pada 13 Februari. Namun rancangan undang-undang tersebut menghadapi perlawanan kuat dari Partai Republik yang dekat dengan mantan Presiden Donald Trump di Dewan Perwakilan Rakyat. Ketua DPR Mike Johnson menolak tekanan dari Gedung Putih untuk mengadakan pemungutan suara terhadap RUU tersebut.
Pasokan Amunisi
Sebagian besar perang telah berubah menjadi pertempuran artileri yang sengit, dengan kedua belah pihak menembakkan ribuan peluru setiap hari.
Ukraina bisa saja menembakkan lebih banyak peluru dibandingkan Rusia pada 2023, namun keadaan telah berubah ketika Moskow meningkatkan produksi dan mengimpor peluru dari Korea Utara dan Iran, kata para analis.
Michael Kofman, peneliti di Carnegie Endowment for International Peace, sebuah wadah pemikir yang berbasis di Washington, memperkirakan tembakan artileri Rusia lima kali lebih cepat daripada tembakan artileri Ukraina.
Faktor penting bagi Kyiv tahun ini adalah “apakah mitra Barat dapat mengejar produksi artileri Rusia dan memasok peluru dan barel yang mereka butuhkan ke Ukraina”, kata Profesor Justin Bronk, peneliti di lembaga pemikir pertahanan Inggris RUSI.
Keputusan-keputusan Senjata
Para pemimpin Ukraina juga telah mendorong rekan-rekan mereka di Barat untuk mengirimkan sistem senjata baru, terutama rudal jarak jauh untuk menyerang lebih jauh di belakang garis pertahanan Rusia seperti ATACMS AS dan Taurus Jerman.
“Kami tidak bisa meningkatkan produksi amunisi dalam semalam. Tapi kami bisa segera mengambil keputusan untuk mengirimkan senjata yang benar-benar dibutuhkan Ukraina,” kata mantan bos NATO Anders Fogh Rasmussen, sekutu dekat pemerintah Ukraina.
AS hanya memasok ATACMS jarak menengah yang lebih tua, namun pemerintahan Biden kini berupaya untuk mengirimkan persenjataan jarak jauh yang lebih baru. Namun, langkah tersebut mungkin bergantung pada persetujuan rancangan undang-undang bantuan yang saat ini diajukan oleh DPR.
Kanselir Jerman Olaf Scholz menolak permintaan Kyiv dan beberapa sekutu NATO untuk memasok sistem Taurus yang sangat canggih. Para pejabat Jerman menyatakan kekhawatiran bahwa rudal-rudal tersebut dapat meningkatkan perang di dalam wilayah Rusia dan dapat dilihat sebagai keterlibatan langsung Jerman dalam konflik tersebut.