TEMPO.CO, Jakarta - Mediator AS, Qatar, dan Mesir menyiapkan dorongan diplomatik untuk menjembatani perbedaan antara Israel dan Hamas mengenai rencana gencatan senjata di Gaza setelah kelompok Palestina menanggapi proposal untuk perpanjangan jeda pertempuran dan pembebasan sandera.
Hamas, Selasa, 6 Februari 2024, menanggapi kerangka kerja yang dibuat lebih dari seminggu yang lalu oleh kepala mata-mata AS dan Israel pada pertemuan di Paris dengan Mesir dan Qatar.
Rincian tanggapannya tidak diungkapkan. Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan bahwa mereka merespons “dengan semangat positif, memastikan gencatan senjata yang komprehensif dan lengkap, mengakhiri agresi terhadap rakyat kami, memastikan bantuan, perlindungan, dan rekonstruksi, mencabut pengepungan di Jalur Gaza, dan mencapai pertukaran tahanan."
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, dalam kunjungan kilatnya ke Timur Tengah, mengatakan dia akan membahas tanggapan Hamas dengan para pejabat Israel ketika dia mengunjungi negara itu pada Rabu.
Di Doha, Blinken berkata, "Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan... namun kami tetap yakin bahwa kesepakatan dapat dicapai, dan memang penting."
Qatar menggambarkan tanggapan Hamas secara keseluruhan “positif” sementara sumber keamanan Mesir mengatakan kepada Reuters bahwa Hamas menunjukkan fleksibilitas.
“Kami akan membahas semua rincian kerangka yang diusulkan dengan pihak-pihak terkait untuk mencapai kesepakatan mengenai formula akhir sesegera mungkin,” kata Diaa Rashwan, kepala Layanan Informasi Negara Mesir, seperti dikutip.
Sumber-sumber yang dekat dengan perundingan mengatakan gencatan senjata akan berlangsung setidaknya selama 40 hari, di mana para militan akan membebaskan warga sipil di antara sisa sandera yang mereka sandera.
Tahap selanjutnya akan menyusul, yaitu penyerahan tentara dan mayat sandera, sebagai imbalan atas pembebasan warga Palestina yang dipenjarakan di Israel. Gencatan senjata tersebut juga akan meningkatkan aliran makanan dan bantuan lainnya kepada warga sipil Gaza yang putus asa dan menghadapi kelaparan dan kekurangan pasokan bahan pokok.
Presiden AS Joe Biden mengatakan tanggapan Hamas menunjukkan “beberapa gerakan” menuju kesepakatan. Namun tidak jelas apakah Hamas atau Israel bersedia melunakkan posisi garis keras mereka untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Seorang pejabat Hamas yang meminta untuk tidak disebutkan namanya menegaskan kepada Reuters pada Selasa bahwa gerakan Islam Palestina tidak akan mengizinkan pembebasan sandera tanpa jaminan bahwa perang akan berakhir dan pasukan Israel meninggalkan Gaza.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan Israel tidak akan mengakhiri perangnya di Gaza sampai Hamas dimusnahkan dan mengesampingkan pembentukan negara Palestina.