Sedikitnya 1.092 orang tewas dan 6.782 luka akibat gempa bumi yang melanda wilayah utara Aljazair. Korban diperkirakan akan terus bertambah mengingat sampai saat ini ratusan orang masih terjebak dibawah reruntuhan gedung. Tim penyelamat menyebutkan ratusan orang dilaporkan hilang.
Menteri Dalam Negeri Aljazair Yazid Zerhouni, pada Kamis (22/5) malam, mengatakan gempa yang terjadi Rabu (21/5) sekitar pukul 19.44 waktu setempat itu merupakan gempa terburuk yang melanda negaranya selama 20 tahun terakhir. Bahkan getaran gempa berkekuatan 6,7 skala richter ini bisa dirasakan di wilayah Spanyol.
Sebelumnya, pada 1988, gempa berkekuatan 7.7 skala richter telah menghancurkan 70 persen bangunan di kota El Asnam, sebelah barat kota Aljier, ibu kota Aljazair. Dan pada 1994, gempa yang menewaskan sekitar 170 orang kembali mengguncang Aljazair.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, jumlah korban terbanyak akibat gempa yang terjadi ketika sebagian besar penduduk kota tengah berkumpul di rumah menikmati makan malam itu, berasal dari kota Bourmes. Di kota yang terletak 50 kilometer dari arah timur Aljier, korban tewas mencapai 624 orang. Sedangkan di kota Aljier korban tewas mencapai 457 orang.
Kerusakan terparah terjadi di kota Reghala, sebelah timur Aljier dimana tujuh gedung bersejarah dan 78 apartemen diberitakan runtuh. Di kota ini lebih dari 350 orang diperkirakan tewas. Di kota Aljier sendiri, sekitar 60 gedung rata dengan tanah. Salah satunya gedung gelanggang olah raga, tempat berlatih atlit-atlit nasional Aljazair.
Tak ada yang tersisa dari gedung itu. Lebih dari 200 orang ditemukan tewas semalam. Hari ini jumlahnya semakin bertambah, kata seorang fotografer kantor berita Reuters di lokasi kejadian. Anda bisa mencium bau kematian di sini. Pekerja penyelamat akan mengatakan satu di sini, di sini satu lagi, saat anjing pelacak menemukan mayat korban, tambahnya.
Saya belum pernah menyaksikan bencana sedahsyat ini sepanjang hidup saya. Semuanya runtuh, kata Yazid Khelfaoui ditengah reruntuhan gedung. Ibunya sendiri tewas dalam peristiwa memilukan itu. Televisi Aljazair menayangkan lusinan tubuh korban yang terluka tampak berjejer ditutupi seprei dan selimut. Sebagian diantaranya anak-anak. Begitu banyak korban yang terluka. Kami tak bisa menghitungnya, ucap seorang dokter jaga. Akibatnya, sejumlah rumah sakit tidak bisa menampung seluruh pasien dan para dokter terpaksa mengobati pasien di ruang terbuka.
Peristiwa ini benar-benar tragis, kata perdana menteri Aljazair Ahmed Ouyahia kepada sebuah stasiun radio. Karena itu pemerintah Aljazair menetapkan tiga hari kedepan, mulai Jumat (23/5) ini, sebagai hari berkabung nasional.
(AFP/Yahoo/Nunuy Nurhayati-Tempo News Room)