TEMPO Interaktif, Jakarta: Saat rumah sakit di Indonesia mendapat sorotan karena dianggap kurang memperhatian pasien, sejumlah dokter di Amerika Serikat memilih berpraktik dengan cara berbeda. Mereka mengurangi jumlah pasien agar perhatian pada setiap pasien lebih besar.
Praktik ini membuat para jumlah pasien setiap dokter berkurang separuhnya. Para pasien lebih senang karena mereka lebih diperhatikan, tidak perlu ke dokter spesialis, dan di kantong lebih hemat.
Bagi dokter mereka juga tidak kehilangan pendapatan karena melakukan sejumlah taktik--termasuk sistem langganan--dan komputerisasi.
Lili Sacks, salah satu dokter di Seattle, termasuk yang ikut dengan "gerakan" ini. Seperti dilaporkan harian New York Times edisi Senin (9/6), semula ia bekerja di sebuah rumah sakit besar. Tapi kemudian sadar bahwa setiap kali bertemu dengan pasien, ia selalu berkata, "Maaf, saya terlambat."
Di rumah sakit itu , sehari ia menangani 25 pasien. Setiap pasien hanya dijatah sekitar 15 menit sehingga tidak sempat berkonsultasi panjang lebar dan pemeriksaan mendalam.
Akibat terbatasnya waktu saat memeriksa, dokter umum seperti dirinya sering kali menyerahkan pasien ke dokter spesialis atau terpaksa meminta pasien menjalan tes di laboratorium yang tentu saja menguras kantor si sakit.
dr. Sacks juga cemas terlalu banyak pasien bisa membuatnya melakukan kesalahan. Tapi, tahun lalu, ia pindah ke klinik yang memberi waktu panjang pada setiap pasien. Bisa 30-60 menit setiap pasien. Jumlah pasien perhari yang ditangani juga berkurang hanya 10 sampai 12 orang saja.
Ini, tentu saja, di luar kontak email atau telepon dari pasien karena ia dan para dokter di klinik kecilnya memang memberi nomor ponselnya kepada para pasien.
Dengan waktu yang lebih panjang ini, dr. Sacks bisa melakukan sejumlah uji lab sederhana sehingga para pasiennya tidak perlu sebentar-sebentar disuruh ke dokter spesialis yang llebih mahal.
"Bisakan saya membantu orang tanpa dokter spesialis dan tes di labotorium? Jelas bisa. Bisakah saya membantu pasien dan perusahaan asuransi menghemat uang? Jelas bisa," kata dr. Sacks.
Salah satu pasien yang datang adalah Todd Martin, seorang manajer toko di Seattle. "Saya batuk-batuk dan susah bernafas," kata Martin. "Mereka bertemu dan memeriksa saya dengan sinar X."
Martin mengatakan ia membayar US$40 (Rp 400 ribu) untuk mengganti resep yang dikeluarkan Sacks. Ini jauh lebih murah daripada ia datang ke rumah sakit. "Kunjungan ke UGD bisa dengan gampang menghabiskan US$1.000 (Rp 10 juta)," katanya.
Tapi ini di luar biaya "langganan" yang dibayar pasien yakni US$54-129 (Rp 540 ribu-1,29 juta) tergantung usia setiap bulan. Biaya ini bisa dianggap semacam asuransi karena klinik ini tidak menerima asuransi.
Bagi pasien, ini cukup menguntungkan karena lebih murah daripada mereka membayar ke asuransi. dr. Garrison Bliss, yang pada 2007 mendirikan klinik kecil tempat Sacks bekerja, mengatakan para pasien berhemat 15-40 persen dengan menggunakan pola berobat di tempatnya.
Angka penghematan ini diambil dengan perbandingan melihat premi asuransi yang mestinya dibayar pasien jika tidak menggunakan kliniknya.
Klinik ini memang tidak menerima asuransi untuk berhemat. Jika klinik kecil itu menerima pasien asuransi, setiap dokter akan membutuhkan setidaknya satu pegawai administrasi. Sedang sekarang, untuk tujuh dokter mereka hanya mempekerjakan dua staf administrasi.
Penghematan yang lain adalah memanfaatkan teknologi informasi. Ini seperti yang dilakukan dr. José Batlle yang memiliki "langganan tetap" sampai 1.500 pasien.
Dokter umum dari New York ini menggunakan Internet untuk jadwal bertemu pasien. Ia juga memanfaatkan komputer untuk menyimpan semua data medis pasiennya. Resep untuk obat, ia ketik di komputer. Bagi pasien yang menginginkan, ia melayani email atau telepon.
Biaya untuk program komputernya ini menghabiskan cukup banyak dana. Sampai US$ 25 ribu. Tapi biaya ini jauh lebih hemat daripada membayar tambahan tenaga untuk klinik kecilnya. Ia bahkan mulai memindahkan klinik ke tempat yang lebih bergengsi dan mahal di Manhattan.
Sejumlah penghematan dan efisiensi ini membuat biaya administrasi klinik khususnya ditekan dari 60 persen--seperti standar klinik lain--menjadi hanya 30 persen pendapatan
Akibatnya penghematan ini, Sacks mengatakan ia dan teman-temannya tidak perlu berkurang pendapatannya saat pindah dari rumah sakit dengan rata-rata 25 pasien perdokter menjadi hanya 10 pasien perdokter.
Sacks juga makin senang. Katanya, "Saya memiliki lebih banyak waktu untuk duduk dengan setiap pasien dan membuat saya menjadi dokter yang lebih baik."
NYT/NURKHOIRI