TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengatakan bahwa umat Yahudi bahkan warga Israel tidak monolitik. Banyak di antaranya yang mendukung dihentikannya agresi di wilayah Palestina.
Hal ini ia sampaikan Gus Yahya saat konferensi pers R20 International Summit of Religious Authorities (ISORA) pada Selasa, 21 November 2023. “Sekarang ini seharusnya masyarakat sudah mengetahui bahwa Yahudi itu tidak monolitik, bahkan Israel juga tidak monolitik. Yahudi yang sangat menentang kekerasan terhadap orang-orang Palestina banyak sekali,” ujarnya, menanggapi pertanyaan wartawan tentang perspektif umat Yahudi tentang kekerasan yang sedang berlangsung di Palestina.
Warga Palestina saat ini tengah menjadi sasaran pembombardiran dan blokade ketat oleh militer Israel dalam deretan serangan terbaru di sejarah panjang pendudukan Palestina. Israel melabeli serangan ini sebagai pembalasan terhadap penyerbuan kelompok militan Palestina Hamas pada 7 Oktober lalu, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan menyandera sekitar 240 lainnya.
Sementara, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 13.300 orang telah di Gaza sejak 7 Oktober, menurut kementerian kesehatan di wilayah kantong tersebut.
Perihal dukungan umat Yahudi terhadap kemerdekaan Palestina, Gus Yahya mencontohkan demonstrasi besar-besaran yang terjadi di berbagai belahan dunia seperti Inggris, Amerika Serikat, dan negara-negara di benua Eropa.
Baru-baru ini, pada Ahad, 19 November 2023, ratusan warga London yang beragama Yahudi berunjuk rasa menuntut gencatan senjata segera di Gaza, menyerukan penyelesaian konflik, pertukaran sandera segera, dan diakhirinya pengepungan yang dilakukan Israel terhadap wilayah kantong Palestina.
Sambil membawa spanduk bertuliskan slogan-slogan seperti “Yahudi menentang genosida”, “Akhiri pendudukan”, dan “Orang Yahudi ini mendukung gencatan senjata”, mereka menyuarakan protes dalam bahasa Inggris dan Ibrani, menurut pantauan kantor berita Anadolu.
Pada awal Oktober, ratusan umat Yahudi pun meramaikan aksi damai di luar Patung Liberty di New York, Amerika Serikat untuk mendesak gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Kebanyakan dari mereka merupakan anggota Jewish Voice for Peace, kelompok Yahudi AS anti-Zionis.
“Ini yang kita ingin angkat bersama-sama, karena kalau ngomong sendiri-sendiri pasti akan kalah dibandingkan kalau maju bersama-sama,” imbuh Gus Yahya.
Ia pun meminta masyarakat untuk melihat masalah ini dengan lebih jernih, bahwa dukungan terhadap kemerdekaan rakyat Palestina datang dari berbagai agama. “Ada dari kalangan semua agama yang punya kesadaran bersama untuk memperjuangkan kemanusiaan,” tuturnya.
Kesatuan inilah yang akan diangkat oleh PBNU dalam gelaran ISORA pada Senin, 27 November 2023, sebagai pertemuan puncak otoritas keagamaan untuk membahas peran agama dalam mengatasi kekerasan di kawasan Timur Tengah.
“Di ISORA nanti, kita akan memikirkan bersama apa yang bisa dilakukan untuk menjangkau umat agama masing-masing supaya mendukung perjuangan bersama menuju solusi berbagai macam konflik yang masih terjadi sampai sekarang, dan mendukung upaya menghentikan segera bencana kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza,” ujarnya.
NABIILA AZZAHRA A. | ANADOLU
Pilihan editor: Israel Disebut Ingin Ubah RS Indonesia Jadi Kuburan Massal