TEMPO.CO, Jakarta - Perbatasan dibuka setelah berminggu-minggu demonstrasi yang dilakukan pekerja Palestina melalui perjanjian informal yang dibantu Qatar sebagai penengah, kata utusan Gaza.
Qatar mengatakan pihaknya berhasil memediasi kesepakatan antara Israel dan para pejabat di Jalur Gaza untuk membuka kembali titik-titik penyeberangan ke wilayah yang terkepung setelah warga Palestina dilarang bekerja dan kekerasan pecah.
Penyeberangan dibuka pada Kamis setelah hampir dua minggu demonstrasi yang dilakukan oleh pekerja Palestina melalui perjanjian informal yang dibantu Qatar sebagai mediasi bersamaan dengan serangkaian diplomasi yang melibatkan Mesir, Israel dan Hamas.
“Situasi di Jalur Gaza sangat buruk dan konflik lainnya hanya akan memperburuk krisis kemanusiaan. Qatar telah bekerja dan berhasil meredakan situasi di Jalur Gaza dengan memediasi pemahaman untuk membuka kembali penyeberangan Erez bagi pekerja Palestina,” kata utusan Qatar untuk Gaza, Mohammad al-Emadi, seperti dikutip oleh media.
“Qatar akan melakukan segala upaya dalam mendukung rakyat Palestina melalui diplomasi dan inisiatif pembangunan sampai mereka mencapai aspirasi mereka untuk bernegara dan sejahtera,” tambahnya.
Israel menutup penyeberangan Beit Hanoun – yang disebut “Erez” oleh Israel – dengan Gaza menjelang hari raya Yahudi Rosh Hashanah.
Selama hampir dua minggu, pasukan Israel berhadapan dengan para buruh yang melakukan protes, dan membalasnya dengan tembakan tajam yang menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai puluhan lainnya.
Pembukaan kembali ini memungkinkan ribuan pekerja Palestina untuk kembali bekerja di Israel dan Tepi Barat yang diduduki.
Sekitar 18.000 warga Gaza memiliki izin dari pemerintah Israel untuk bekerja di luar daerah kantong yang diblokade tersebut, dan memberikan suntikan uang tunai sebesar sekitar US$2 juta per hari untuk perekonomian wilayah miskin tersebut.
Pekerjaan di Israel sangat diminati, dengan bayaran hingga 10 kali lipat dibandingkan pekerjaan serupa di Gaza. Pengangguran di wilayah Palestina – yang berada di bawah blokade Israel-Mesir sejak tahun 2007 – berada pada angka 50 persen.
“Kami ingin pergi bekerja dan mencari nafkah untuk anak-anak kami karena situasinya sangat buruk bagi kami selama dua minggu terakhir,” kata Khaled Zurub, 57, yang bekerja di bidang konstruksi di Israel.
Penutupan penyeberangan adalah “mimpi buruk”, kata Mohammad al-Kahlout, seorang pekerja yang menunggu untuk menyeberang ke Israel pada Kamis. “Rasanya seperti seseorang mencoba mencekikmu.”
Cogat, badan kementerian pertahanan Israel yang berkoordinasi dengan Palestina, mengatakan penilaian keamanan akan menentukan apakah titik penyeberangan Gaza akan tetap terbuka.
Setelah penyeberangan Erez dibuka kembali, penyelenggara protes Palestina mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan demonstrasi harian, namun berjanji akan melanjutkan demonstrasi jika Israel tidak mematuhi komitmennya.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Diadang Kawat Berduri, Migran Venezuela Nekat Menyeberang ke Texas