TEMPO.CO, Jakarta - Kebakaran melanda aula pernikahan yang penuh sesak di Irak utara pada Selasa malam, 26 September 2023. Kebakaran menewaskan lebih dari 100 orang di sebuah kota Kristen yang selamat dari pendudukan ISIS.
Petugas pemadam kebakaran mencari sisa-sisa bangunan yang hangus di Qaraqosh, juga dikenal sebagai Hamdaniya, hingga Rabu pagi. Kerabat yang berduka berkumpul di luar kamar mayat di kota terdekat Mosul, meratap dan gemetar dalam duka.
Beberapa sumber di Qaraqosh mengatakan kedua mempelai selamat dari kebakaran. “Ini bukan pernikahan. Ini sungguh neraka,” kata Mariam Khedr sambil menangis dan memukul dirinya sendiri. Ia sedang menunggu petugas mengembalikan jenazah putrinya Rana Yakoub, 27, dan tiga cucunya. Cucu terkecil baru berusia delapan bulan.
Para korban selamat mengatakan ratusan orang berada di perayaan pernikahan tersebut, setelah sebelumnya menghadiri kebaktian di gereja. Kebakaran mulai terjadi sekitar satu jam setelah acara ketika suar menyulut dekorasi langit-langit saat kedua mempelai menari.
Wakil Gubernur Provinsi Nineveh Hassan al-Allaf mengatakan bahwa 113 orang dipastikan tewas. Kepala cabang Bulan Sabit Merah di provinsi tersebut mengatakan jumlah korban tewas belum final namun jumlah korban luka-luka diperkirakan melebihi ratusan orang dan puluhan lainnya tewas.
Amerika Serikat mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya siap untuk berbicara dengan pemerintah Irak mengenai bantuan apa pun yang dapat mereka tawarkan.
Sebuah video dari peristiwa tersebut, yang diunggah di media sosial memperlihatkan suar tiba-tiba mengenai dekorasi langit-langit berkilauan yang kemudian terbakar. Suara kegembiraan pun dengan cepat berubah menjadi kepanikan.
Video lain yang belum diverifikasi menunjukkan sepasang suami istri menari dengan pakaian pengantin saat bahan yang terbakar mulai berjatuhan ke lantai.
Kementerian Dalam Negeri Irak mengatakan telah mengeluarkan empat surat perintah penangkapan bagi pemilik aula pernikahan, menurut laporan media pemerintah. Presiden Abdul Latif Rashid memerintahkan penyelidikan. Media pemerintah melaporkan bahwa salah satu pemiliknya telah ditangkap.
Tiga orang yang menghadiri pernikahan tersebut mengatakan bahwa aula itu tampaknya tidak memiliki perlengkapan yang memadai untuk menghadapi bencana. Tidak ada alat pemadam kebakaran dan sedikit pintu keluar. Petugas pemadam kebakaran tiba 30 menit setelah kobaran api mulai terjadi.
Kebakaran mematikan di Irak yang disebabkan oleh kelalaian, lemahnya peraturan, dan korupsi melanda dua rumah sakit yang merawat pasien COVID di Bagdad dan kota Nassiriya di selatan pada 2021. Kebakaran ini menewaskan sedikitnya 174 orang.
“Kami melihat api berkobar, keluar dari aula. Yang berhasil keluar dan yang tidak terjebak,” kata Imad Yohana, 34 tahun, yang lolos dari kobaran api.
Informasi awal menunjukkan bahwa bangunan tersebut terbuat dari bahan konstruksi yang sangat mudah terbakar, sehingga menyebabkan cepat runtuh.
“Saya kehilangan putri saya, suaminya, dan anak mereka yang berusia 3 tahun. Semuanya terbakar. Hati saya terbakar,” kata seorang wanita di luar kamar mayat. Ia sedang menunggu untuk mengambil jenazah anaknya.
Seorang pria bernama Youssef berdiri di dekatnya dengan luka bakar menutupi tangan dan wajahnya. Dia mengatakan tidak dapat melihat apa pun ketika api mulai menyala dan listrik padam. Dia berhasil keluar dan menggendong cucunya yang berusia 3 tahun. Namun istrinya, Bashra Mansour, berusia 50-an, tidak berhasil. Dia terjatuh dalam kekacauan dan meninggal.
Orang-orang berpakaian hitam berbondong-bondong menuju pemakaman di Qaraqosh pada Rabu sore ketika barisan truk lewat membawa jenazah untuk dimakamkan.
Sebagian besar penduduk Qaraqosh beragama Kristen. Namun wilayah ini merupakan rumah bagi beberapa anggota minoritas Yazidi Irak, yang meninggalkan kota tersebut ketika ISIS merebutnya pada 2014. Mereka kembali setelah ISIS digulingkan pada 2017.
REUTERS
Pilihan Editor: Diusir dari Korea Utara, Tentara Travis King Pulang ke AS