TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat akan memberikan tambahan bantuan kemanusiaan senilai 116 juta dolar AS atau Rp1,78 triliun untuk Myanmar, Bangladesh, dan wilayah sekitarnya guna mendukung pengungsi Rohingya yang meninggalkan Myanmar, kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken dalam sebuah pernyataan, Kamis, 21 September 2023.
Dengan pendanaan baru ini, total bantuan Amerika Serikat bagi mereka yang terkena dampak krisis di Myanmar, Bangladesh, dan wilayah tersebut berjumlah lebih dari 2,2 miliar dolar sejak Agustus 2017, ketika lebih dari 740.000 warga Rohingya melarikan diri dari ancaman genosida dari Rakhine, kata Blinken seperti dilaporkan Reuters.
Masalah pengungsi Rohingya juga dibicarakan pada pertemuan side event bertajuk "Have they Forgotten Us? Ensuring Continued Global Solidarity with the Rohingya of Myanmar" di sela-sela High Level Week Sidang Majelis Umum PBB ke-78 di New York, Kamis.
Dalam kesempatan itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyoroti nasib masyarakat Rohingya, yang sampai saat ini masih belum jelas, apalagi ditambah krisis Myanmar. "Situasi global dan kondisi domestik di Myanmar membuat isu ini semakin kompleks dan sulit, sehingga perlu komitmen politik yang kuat untuk menyelesaikan isu ini," katanya seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri RI.
Pada pertemuan tersebut, Retno menyampaikan dua hal yang perlu dilakukan untuk membantu para pengungsi Rohingya, yaitu pertama, mendorong adanya solusi politik.
“Isu Rohingya adalah isu kemanusiaan, tapi sangat politis. Oleh karenanya, satu-satunya jalan keluar untuk Rohingya ini adalah melalui solusi politik," katanya
Penyelesaian masalah Rohingya harus menjadi bagian integral yang tak terpisahkan dari solusi krisis politik di Myanmar. Menlu menyampaikan bahwa upaya dialog nasional yang inklusif yang didorong oleh ASEAN melalui 5 Point Consensus juga harus mencakup penyelesaian bagi masyarakat Rohingya.
Terkait isu repatriasi pengungsi Rohingya, Menlu menyampaikan harus difasilitasi secara sukarela, aman dan bermartabat.Ia juga mengatakan bahwa ASEAN akan terus membantu Rohingya dan tidak akan pernah melupakan mereka.
Kedua, memastikan tersedianya bantuan kemanusiaan. Secara umum, rakyat Myanmar memerlukan bantuan kemanusiaan, namun bantuan untuk Rohingya paling dibutuhkan.
“Saat ini lebih dari 1 juta masyarakat Rohingya terlantar dan menjadi pengungsi, sementara mereka yang tinggal di wilayah Rakhine juga menghadapi situasi sangat sulit. Mereka rentan menjadi korban kejahatan terorganisir," ujar Retno.
Karena itu, dukungan dari dunia internasional perlu terus diperkuat.
“Saat ini, masyarakat Rohingya menangis dalam senyap. Hanya karena kita tidak bisa mendengar tangisan mereka, kita tidak boleh tinggal diam," tegas Menlu Retno menutup pernyataannya.
Kegiatan ini disponsori bersama oleh Bangladesh, Indonesia, Kanada, Gambia, Malaysia, Türkiye, Inggris dan Amerika Serikat.