TEMPO.CO, Jakarta - Toyota Motor mengurangi produksi di pabriknya yang berbasis di Jepang pada Rabu, 29 Agustus 2023, setelah sistem komputer yang memproses pesanan suku cadang kendaraan rusak sehari sebelumnya hingga memaksa penutupan 14 pabrik perakitan.
Gangguan ini menghentikan sistem yang merupakan inti dari lean manufacturing Toyota, sebuah cara untuk mengurangi inventaris dan memaksimalkan efisiensi produksi yang dirintis oleh produsen mobil Jepang tersebut dan telah diadopsi secara luas oleh para pesaingnya.
Tidak jelas apa yang menyebabkan matinya sistem tersebut, dan Toyota belum memberikan rincian apa yang salah. Perusahaan mengatakan penyebabnya bukan serangan siber.
Pada Februari tahun lalu, Toyota juga harus menutup 14 pabrik yang sama di Jepang ketika salah satu pemasok komponen plastik dan elektronik ke Toyota, Kojima Industries, mengatakan salah satu server filenya telah terinfeksi virus pembawa pesan ancaman yang dirahasiakan.
Serangan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang keamanan siber pada rantai pasokan Jepang.
Produksi 13.500 Mobil Per Hari
Produksi Toyota telah pulih tahun ini, sehingga penghentian produksi berpotensi menimbulkan biaya lebih besar dibandingkan penutupan pada 2022.
Produksi domestik Toyota naik 29% pada semester pertama tahun ini, peningkatan pertama dalam dua tahun. Toyota membuat berbagai macam kendaraan di Jepang mulai dari Yaris hingga model termahal, termasuk Lexus.
Produksi Toyota di Jepang – sekitar sepertiga dari produksi global – rata-rata sekitar 13.500 kendaraan per hari pada paruh pertama tahun ini. Jumlah tersebut tidak termasuk kendaraan dari grup pembuat mobil Daihatsu dan Hino.
Harga rata-rata penjualan kendaraan global pada kuartal terakhir setara dengan $26.384, berdasarkan laporan keuangannya. Dengan menggunakan angka tersebut sebagai proksi, berarti produksi sehari penuh di 14 pabrik akan setara dengan pendapatan $356 juta.
Toyota belum mengatakan bagaimana atau apakah mereka akan berusaha menutup produksi yang hilang.
Sistem Kanban
Toyota pada dasarnya menciptakan perakitan mobil modern dengan sistem "kanban" untuk memberi tahu pemasok tentang suku cadang apa yang dibutuhkan, di mana dan kapan untuk meminimalkan persediaan.
"Kanban" berarti papan nama dalam bahasa Jepang, dan insinyur Toyota yang kemudian menjadi eksekutif, Taichi Ono, yang mengembangkan sistem ini mendapat inspirasi dari pengamatan jaringan supermarket Amerika, Piggly Wiggly, mengelola stok raknya dalam perjalanan ke Amerika Serikat pada tahun 1950an.
Sistem produksi ramping dan pengiriman suku cadang tepat waktu yang diterapkan Toyota telah diterapkan di seluruh industri otomotif dan dipelajari secara luas. Sistem ini beralih dari sistem kartu cetak yang mengatur alur kerja pemasok ke sistem "e-kanban" berbasis internet lebih dari 20 tahun yang lalu.
Sistem kanban Toyota, yang mengandalkan isyarat visual sederhana untuk mengatur alur kerja, telah diadopsi untuk industri lain, termasuk pengembangan perangkat lunak.
CEO Baru
Koji Sato mengambil alih jabatan CEO Toyota dari Akio Toyoda pada April 2023. Dalam beberapa bulan setelahnya, bahkan ketika perusahaan tersebut berupaya merombak pendekatannya terhadap kendaraan listrik dan tantangan manufaktur terkait dengan memperhatikan pemimpin kendaraan listrik AS Tesla, perusahaan tersebut juga melaporkan beberapa kesalahan langkah yang memalukan.
Pada April, Toyota mengatakan afiliasinya, Daihatsu, telah memasang bagian pintu dalam uji keselamatan tabrakan samping untuk sekitar 88.000 mobil kecil, yang sebagian besar dijual dengan merek Toyota.
Pada bulan Mei, Toyota mengatakan secara tidak sengaja telah mengekspos data pelanggan lebih dari 2 juta pemilik Toyota di internet karena kesalahan dalam cara mereka mengkonfigurasi sistem berbasis cloud yang digunakan untuk melacak layanan.
REUTERS
Pilihan Editor Meta Tolak Rekomendasi Tangguhkan Eks PM Kamboja Hun Sen dari Facebook