TEMPO Interaktif, Jakarta: Menteri luar negeri Amerika Serikat Hillary Clinton, Kamis (14/5) mendesak Cina, Malaysia dan ASEAN untuk menggunakan pengaruhnya dalam keamanan untuk bisa membebaskan tokoh pergerakan demokrasi Burma, Aung San Suu Kyi.
Clinton kemarin berada di Malaysia, dan bertemu dengan menteri luar negeri Malaysia Datuk Anifah bin Haji Aman di Kuala Lumpur, guna membicarakan situasi terakhir Burma yang pekan ini isunya menguat lagi secara internasional, setelah junta penguasa Burma merencanakan membawa Aung San Suu Kyi ke pengadilan, menyusul masuknya seorang warga Amerika tak dikenal yang merenangi Danau Inya Lake dan mengaku memasuki tahanan rumah Aung San Suu Kyi selama dua hari.
"Kami menentang junta Burma yang menggunakan insiden ini sebagai cara untuk memberikan justifikasi atas penahanan Suu Kyi," ujar Clinton seperti dikutip Voanews.com. "Kami juga meminta junta Burma untuk segera membebaskan Suu Kyi tanpa syarat, berserta dengan dokter pribadinya, dan lebih dari 2100 tahanan politik agar segera dibebaskan," ujar Clinton.
Sedangkan datuk Anifah mengatakan, pemerintahnya sangat perhatian terhadap kondisi Burma saat ini, dan akan melibatkan Asean Secretariat untuk lebih berperan dalam mengatasi masalah ini.
Aung San Suu Kyi berada dalam tahanan penguasa Burma sejak memenangkan pemilihan umum tahun 1990. Atas jasa diplomasi Alatas, Suu Kyi kemudian dibebaskan dari penjara politik Insein, dan berada dalam status tahanan rumah dalam 13 tahun terakhir.
Malaysia, saat ini tercatat sebagai negara penerima terbesar kedua, para imigran gelap dari Burma. Baik imigran politik maupun imigran ekonomi. Sekitar 400.000 warga Burma diperkirakan berada di Malaysia, yang menjadikan beban bagi pemerintah Malaysia.
ALLHEADLINESNEWS l WAHYU