TEMPO.CO, Jakarta - Filipina menyoroti perlunya memperkuat hubungan dengan sekutu dalam mengejar kebijakan luar negeri yang independen. Manila berusaha meningkatkan kemampuannya untuk mengatasi ancaman termasuk risiko konflik Taiwan yang dijadikan perhatian utama.
Pemerintah Filipina melepas Dokumen Kebijakan Keamanan Nasional setebal 48 halaman pada Selasa, 15 Agustus, yang baru-baru ini disetujui oleh Presiden Ferdinand Marcos Jr. Kebijakan keamanan Nasional tersebut mempertajam persaingan strategis antara Amerika Serikat dan Cina dan "meningkatnya persaingan di antara negara-negara besar" sebagai kontribusi terhadap "lanskap geopolitik yang lebih tegang".
"Kekhawatiran utama juga terlihat pada hubungan Lintas Selat yang berpotensi menjadi titik nyala di kawasan itu," kata pemerintah dalam dokumen yang diterbitkan oleh Dewan Keamanan Nasional, merujuk pada Selat Taiwan.
"Filipina mengkhawatirkan stabilitas ekonominya, potensi masuknya pengungsi, dan kesejahteraan penduduk di luar negeri,” ujarnya dokumen tersebut.
Beijing telah melakukan latihan militer di perairan Taiwan untuk menekan klaim kedaulatannya. Cina mengakui Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai bagian dari wilayahnya. Amerika Serikat dan sekutunya seperti Jepang mengkritik tekanan semacam itu terhadap Taiwan.
Filipina menilai, setiap konflik militer di Selat Taiwan pasti akan mempengaruhi Filipina mengingat kedekatan geografis Taiwan dengan kepulauan Filipina. Alasan lain adalah soal kehadiran lebih dari 150.000 orang Filipina di Taiwan. Pulau paling utara Filipina berjarak 190 kilometer dari Taiwan.
Rencana tersebut juga mencakup prioritas ketahanan pangan dan energi pemerintah. Dokumen itu mencatat bahwa Laut Cina Selatan "tetap menjadi kepentingan nasional utama".
"Perbedaan klaim ... metode penggugat untuk menegaskan posisi mereka, terus menimbulkan tantangan strategis" yang membahayakan integritas teritorial dan hak-hak rakyat, kata Filipina, yang bersengketa dengan Cina atas sebagian laut.
Untuk mencapai ketahanan energi, pemerintah mengatakan akan menjajaki pengembangan cadangan lepas pantai, termasuk di Laut Cina Selatan, untuk membantu mengurangi ketergantungan impor.
Hubungan Filipina dengan China semakin tegang di bawah Marcos, karena Manila beralih kembali ke sekutu tradisionalnya, Amerika Serikat.
Filipina akan memperkuat Perjanjian Pertahanan Bersama dengan AS, bersama dengan mekanisme lain yang ada dengan mitra regional, untuk "mencapai kemampuan pertahanan yang kredibel", kata dokumen tersebut.
REUTERS
Pilihan Editor Kapal Pengangkut TKI Ilegal Tenggelam di Selat Malaka, 11 WNI Selamat dan 3 Hilang