TEMPO.CO, Jakarta - China dan Rusia menyelesaikan latihan udara dan laut di Laut Jepang yang bertujuan untuk "menjaga" keamanan perairan, kata kementerian pertahanan China.
Pertunjukan solidaritas militer ini berlangsung pada saat Amerika Serikat meningkatkan hubungan dengan Jepang dan Korea Selatan dan Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO) ingin memperdalam kehadirannya di wilayah tersebut, yang membuat China dan Rusia marah.
Lebih dari 10 kapal perang dan lebih dari 30 pesawat tempur dari kedua belah pihak ikut serta dalam latihan "Northern/Interaction-2023" selama empat hari dengan angkatan laut dan angkatan udara China dan Rusia bersama-sama latihan pengawalan dan penangkalan serangan.
Direktur latihan China Qiu Wensheng menggambarkan latihan itu sebagai "langkah besar" dalam menjaga keamanan jalur air strategis, sementara Laksamana Muda Calery Kazkov dari Rusia, wakil direktur latihan, mengatakan latihan itu memperkuat kemampuan kedua belah pihak untuk menangani ancaman militer.
Latihan ini adalah isyarat terbaru dari peningkatan kerja sama militer antara China dan Rusia. Di sisi lain, terjadi peningkatan aktivitas militer dan keamanan antara AS dan sekutu utamanya di Asia.
Bulan lalu, Gedung Putih mengatakan penasihat keamanan nasional untuk Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan membahas menjaga stabilitas di Selat Taiwan dan koordinasi atas Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan.
Awal bulan ini, Jepang dan NATO menyepakati program kemitraan baru, kepala NATO Jens Stoltenberg mengungkapkan keprihatinan tentang pembangunan militer China.
Dengan latar belakang itu, ketegangan meningkat dengan Korea Utara, sekutu lama China.
Kamis lalu, Pyongyang mengatakan pengiriman kapal induk, pembom atau kapal selam rudal AS di Korea Selatan dapat memenuhi kriteria untuk penggunaan senjata nuklirnya.
Untuk pertama kalinya sejak 1980-an, kapal selam rudal balistik bersenjata nuklir (SSBN) AS mengunjungi Korea Selatan minggu lalu.
REUTERS
Pilihan Editor Komando PBB dan Korea Utara Buka Pembicaraan Nasib Travis King