TEMPO.CO, Jakarta - Militer Amerika Serikat telah membunuh seorang pemimpin kelompok ISIL atau ISIS Osama al-Muhajer di Suriah timur dalam serangan pesawat tak berawak atau drone pada Jumat, 7 Juli 2023.
Kepala Komando Pusat AS atau CENTCOM, Jenderal Michael Kurilla seperti dilansir Al Jazeera mengkonfirmasi ini pada Minggu, 9 Juli 2023. Menurutnya ISIS tetap menjadi ancaman.
CENTCOM mengatakan tidak ada warga sipil yang tewas dalam operasi tersebut tetapi pasukan koalisi sedang “menilai laporan tentang cedera warga sipil”.
Drone yang digunakan dalam serangan itu disebut telah diganggu oleh pesawat tempur Rusia pada hari sebelumnya, Kamis, 6 Juli 2023.. Letnan Jenderal Angkatan Udara AS Alexus Grynkewich mengatakan pesawat "menjatuhkan suar di depan drone dan terbang sangat dekat, membahayakan keselamatan semua pesawat yang terlibat".
Dalam insiden lain pada Rabu, tiga jet Rusia menjatuhkan suar parasut di depan drone AS. Langkah itu memaksa mereka untuk mengambil tindakan mengelak, kata Grynkewich, menyerukan Moskow untuk "menghentikan perilaku sembrono ini".
Awal tahun ini, perselisihan diplomatik meletus, ketika AS mengklaim bahwa jet Rusia bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat tak berawak Reaper yang beroperasi di Laut Hitam. Drone itu senilai lebih dari $30 juta dan dikemas dengan teknologi mata-mata AS yang sensitif.
Moskow membantah pesawat tempurnya bertanggung jawab atas pesawat tak berawak yang jatuh ke laut pada Maret. Tetapi, rekaman yang dirilis oleh militer AS menunjukkan pesawat Rusia terlibat dalam manuver untuk menghambat jalur penerbangan pesawat tak berawak itu.
Rusia adalah sekutu utama rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah.
Dengan dukungan Moskow dan juga Iran, Assad telah merebut kembali sebagian besar tanah yang hilang pada tahap awal konflik Suriah yang meletus pada 2011 ketika pemerintah secara brutal menekan protes pro-demokrasi.
Kantong terakhir oposisi bersenjata terhadap pemerintah Assad termasuk sebagian besar provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak di utara.
Amerika Serikat memiliki sekitar 1.000 tentara yang dikerahkan di Suriah sebagai bagian dari upaya internasional untuk memerangi ISIS, yang dikalahkan di Suriah pada 2019 tetapi masih mempertahankan tempat persembunyian di daerah gurun terpencil dan sering melakukan serangan.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Ribuan Warga Jepang Mengungsi Akibat Banjir dan Tanah Longsor