TEMPO.CO, Jakarta - Kerumunan orang di Jenin marah terhadap pejabat senior Otoritas Palestina di sebuah pemakaman, Rabu, 5 Juli 2023, karena lemahnya tanggapan mereka terhadap salah satu operasi militer terbesar Israel di Tepi Barat yang diduduki selama bertahun-tahun. Operasi dua hari, yang menurut militer Israel menargetkan infrastruktur dan depot senjata faksi militan di kamp pengungsi Jenin, menyisakan jalan-jalan yang rusak dan mobil yang terbakar dan memicu kemarahan di seluruh dunia Arab.
Sedikitnya 12 warga Palestina tewas dan sekitar 100 terluka dalam serangan yang dimulai dengan serangan drone larut malam, diikuti oleh penyisiran yang melibatkan lebih dari 1.000 tentara Israel.
Satu tentara Israel terbunuh dalam operasi itu.
Pada pemakaman 10 orang yang tewas, tiga pemimpin senior Otoritas Palestina - lembaga yang menjalankan pemerintahan tanpa kekuasaan di beberapa bagian Tepi Barat - dipaksa pergi oleh ribuan orang, termasuk puluhan pria bersenjata, meneriakkan "Keluar! Keluar!" Menyusul penarikan pasukan Israel pada Selasa malam, para pemimpin Jihad Islam yang didukung Iran dan faksi bersenjata lainnya mengklaim kemenangan, dan suasana di antara warga yang pulang ke kamp tampak menantang.
Pasukan Israel menahan 150 tersangka militan, menyita senjata dan ranjau pinggir jalan - termasuk gudang senjata di bawah masjid - dan menghancurkan sebuah pusat komando, kata tentara. Dikatakan semua warga Palestina yang tewas adalah pejuang bersenjata. Jihad Islam dan Hamas mengklaim hanya lima orang yang tewas sebagai anggota.
Baca juga:
Saat pasukan mundur semalam, Israel melaporkan tembakan roket dari Jalur Gaza, wilayah Palestina lainnya. Roket ditembak jatuh dan angkatan udara Israel menyerang sasaran di Gaza milik Hamas yang berkuasa, tidak menimbulkan korban. Sebagai tanda lebih lanjut dari kekerasan yang meluas dari Jenin, seorang Palestina menabrakkan mobilnya ke pejalan kaki di Tel Aviv dan melakukan aksi penikaman, melukai delapan orang sebelum dia ditembak mati. Hamas mengklaimnya sebagai anggota.