TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden AS Donald Trump menilai posisi Presiden Vladimir Putin "agak dilemahkan" oleh pemberontakan tentara swasta Wagner, sehingga sekarang waktunya bagi Amerika Serikat untuk mencoba menengahi perseteruan Rusia Ukraina dengan perundingan perdamaian.
"Saya ingin orang tidak mati sia-sia karena perang konyol ini," kata Trump kepada Reuters dalam wawancara telepon, Kamis, 29 Juni 2023.
Di Ukraina, Trump tidak mengesampingkan bahwa pemerintah Kyiv mungkin harus menyerahkan beberapa wilayah ke Rusia untuk menghentikan perang, yang dimulai dengan pasukan Rusia menyerang Ukraina 16 bulan lalu. Dia mengatakan semuanya akan "tunduk pada negosiasi", jika dia adalah presiden. Ia juga memuji Ukraina yang telah melakukan perjuangan keras untuk mempertahankan tanah mereka.
"Saya pikir mereka akan berhak untuk mendapatkan sebagian besar dari apa yang telah mereka peroleh dan saya pikir Rusia juga akan menyetujuinya. Anda membutuhkan mediator, atau negosiator yang tepat, dan kita tidak memilikinya saat ini," katanya.
Presiden AS Joe Biden dan sekutu NATO ingin Rusia keluar dari wilayah yang telah direbutnya di Ukraina timur. Ukraina telah meluncurkan serangan balasan yang menghasilkan sedikit keuntungan dalam mengusir pasukan Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tahun lalu mengusulkan rencana perdamaian 10 poin, yang meminta Rusia menarik semua pasukannya.
"Saya pikir hal terbesar yang harus dilakukan AS saat ini adalah berdamai - menyatukan Rusia dan Ukraina. Anda bisa melakukannya," kata Trump. "Ini adalah waktu untuk melakukannya, untuk menyatukan kedua pihak untuk memaksakan perdamaian."
Sebagai presiden, Trump mengembangkan hubungan persahabatan dengan Putin, yang menurut Biden "menjadi sedikit paria di seluruh dunia" karena menyerang Ukraina.
Trump mengatakan reputasi Putin dirusak oleh pemberontakan pasukan tentara bayaran Rusia, Grup Wagner, dan pemimpinnya Yevgeny Prigozhin, akhir pekan lalu.
"Bisa dibilang dia (Putin) masih di sana, dia masih kuat, tapi dia agak melemah setidaknya di benak banyak orang," katanya.
Namun, jika Putin tidak lagi berkuasa, "Anda tidak tahu apa alternatifnya. Itu bisa lebih baik, tetapi bisa jauh lebih buruk," kata Trump.
Adapun tuduhan kejahatan perang yang dikenakan terhadap Putin oleh Pengadilan Kriminal Internasional Maret lalu, Trump mengatakan nasib Putin harus didiskusikan ketika perang usai "karena saat ini jika Anda mengangkat topik itu, Anda tidak akan pernah berdamai, Anda tidak akan pernah berhasil."
Pangkalan Mata-mata China di Kuba
Trump dengan tegas menentang pangkalan mata-mata China di Kuba dan mengatakan jika menjadi presiden, ia akan memaksa Beijing menutupnya dalam waktu 48 jam. Jikma menolak, Trump akan mengenakan tarif baru pada barang-barang China.
Saat menjadi presiden, Trump mengadopsi sikap yang lebih keras terhadap China sambil mengklaim hubungan baik dengan Presiden China Xi Jinping memburuk karena pandemi virus corona.
"Saya akan memberi mereka waktu 48 jam untuk keluar. Dan jika mereka tidak keluar, saya akan membebankan tarif 100% untuk semua yang mereka jual ke Amerika Serikat, dan mereka akan pergi dalam dua hari. Mereka akan pergi dalam satu jam," kata Trump.
Trump bungkam tentang apakah Amerika Serikat akan mendukung Taiwan secara militer jika China menginvasi pulau yang memiliki pemerintahan sendiri yang diklaim Beijing sebagai miliknya.
"Saya tidak berbicara tentang itu. Dan alasan saya tidak membicarakannya adalah karena itu akan merugikan posisi negosiasi saya," katanya. "Yang bisa saya katakan adalah selama empat tahun, tidak ada ancaman. Dan itu tidak akan terjadi jika saya menjadi presiden."
REUTERS
Pilihan Editor Erdogan Kecam Swedia atas Pembakaran Al Quran