TEMPO.CO, Jakarta - Pemberontakan singkat Wagner Group di Rusia yang dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin mungkin merupakan “agenda yang telah diatur”, kata analis global Michael Bociurkiw dari Dewan Atlantik. Prigozhin sekarang tinggal di Belarusia setelah mencapai kesepakatan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, tetapi masih banyak pertanyaan yang tak terjawab.
Melansir dari sky.com, Bociurkiw juga berkata bahwa pengasingan Prigozhin ke Belarusia dapat menyembunyikan rencana peristiwa mematikan di masa depan. “Kami tidak dapat mengabaikan kemungkinan bahwa ini sebenarnya adalah agenda yang diatur oleh Kremlin, mungkin untuk bersih-bersih pejabat tinggi atau menguji kesetiaan orang-orang di militer,' ujar Bociurkiw, Selasa 27 Juni 2023.
Bociurkiw lalu menyiratkan, Prigozhin mungkin tengah menyiapkan sesuatu di Belarusia setelah peristiwa yang berakhir terlalu cepat dan sedikit rapi. Sang analis lantas memperingatkan bahwa pemimpin Wagner tersebut sangat kuat dengan memiliki pasukan yang lebih besar dari militer beberapa negara berukuran sedang di Eropa. Apalagi, Prigozhin menguasai sumber daya luar biasa di Afrika yang menghasilkan hingga satu miliar dolar per tahun dari pertambangan.
“Wilayah perbatasan Belarusia dan Ukraina sangat keropos. Itu bisa digunakan untuk dorongan lain melawan Kyiv. Dengan keberadaan Prigozhin di sana, taktiknya mungkin akan cukup mematikan,” pungkas Bociurkiw.
Bahkan, ada kontroversi yang mempertanyakan apakah Prigozhin benar-benar diasingkan ke Belarusia atau tidak. Setelah dua hari pemberontakan singkat di akhir pekan, Rusia masih berusaha pulih dari gejolak tersebut. Sementara itu, belum ada kabar lebih lanjut dari Putin maupun Prigozhin.
“Apakah Prigozhin sudah pergi ke Belarusia? Apa yang akan ia lakukan di sana? Apakah ia dipermalukan? Atau sesungguhnya, ini adalah tipu muslihat Kremlin untuk menempatkan Prigozhin di Belarusia dan membiarkannya membentuk semacam gerakan menekan Kyiv lagi? Bukankah itu sebenarnya langkah yang cerdas?” Ungkap seorang koresponden Moskow, Diana Magnay.
Namun, Magnay mengaku kesulitan untuk menafsirkan maksud dari rangkaian keputusan yang diambil mengingat Putih tampak sangat lemah pada hari terakhir pemberontakan. Presiden memulai hari dengan menyatakan bahwa setiap pengkhianatan akan dihukum sangat keras, kemudian memberikan Prigozhin izin bebas untuk melenggang ke Belarusia, lalu berakhir memaafkan semua tentara Wagner yang memberontak.
Magnay mengatakan bahwa penduduk Moskow ikut terguncang oleh pemberontakan Wagner, Barat pun mungkin demikian. “Barat jelas bukan kawan Putin, tetapi mereka juga tidak ingin melihat Rusia runtuh, terutama ketika belum terlalu jelas siapa yang akan menggantikan Putin sebagai presiden,” ujarnya.
Pertanyaan lebih lanjut berkaitan dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu yang akan terus menjabat atau tidak setelah berusaha digulingkan oleh Prigozhin. Ada potensi bahwa Putin akan mengubah komando militer utamanya di beberapa titik, tetapi tidak dalam waktu dekat. Putin tidak ingin terlihat terlalu tertekan dan di sisi lain, ia juga menyukai Shoigu.
NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM | SKY NEWS
Pilihan Editor: Olivia Chow Terpilih sebagai Wali Kota Toronto Keturunan Tionghoa-Kanada Pertama