TEMPO.CO, Jakarta - Berita terpopuler di kanal Dunia Tempo.co atau Top 3 Dunia diawali dengan kabar tentang kronologi tenggelamnya kapal selam khusus turis yang hilang saat berpetulang ke tempat tenggelamnya kapal legendaris Titanic di Samudera Atlantik.
Setelah itu, berita tengtang pernyataan seorang pejabat Jepang bahwa memang ada masa yang pahit dalam sejarah antara Indonesia dan Jepang.
Tak kalah menarik adalah berita tentang Pentagon salah hitung jumlah bantuan militer ke Ukraina yang nilainya mencapai 6,2 miliar dilar AS, dua kali lipat dari seharusnya.
Begini Kronologi Tenggelamnya Kapal Selam Turis Reruntuhan Titanic
Kapal selam, yang membawa turis menjelajahi reruntuhan Titanic di Samudera Atlantik, hilang kontak setelah sehari lebih menjelajahi laut lepas tenggara Kanada pada Senin. Kapal selam OceanGate Expedition kini menjadi pusat penyelamatan bersama antara penjaga pantai Amerika Serikat dan Kanada.
Penjaga Pantai Amerika Serikat mengatakan ada kapal selam kecil itu membawa 4 turis dengan satu pengemudi. Kapal bisa berada di bawah air selama 96 jam, namun sampai saat ini belum ada kejelasan apakah masih di bawah air atau telah muncul ke permukaan karena tidak dapat berkomunikasi.
Berita selengkapnya bisa Anda simak di sini
Pejabat Jepang Akui Ada Masa Pahit dalam Sejarah Indonesia-Jepang
Sekretaris Pers untuk Kaisar Naruhito, Kojiro Shiojiri, mengakui bahwa memang ada masa yang pahit dalam sejarah antara Indonesia dan Jepang.
“Menurut kami, memang selama ini ada masa yang sulit. Namun demikian, kita harus mengatasi masa sulit itu untuk membuka suatu hubungan yang lebih baik di antara kedua negara yaitu Indonesia dan Jepang,” kata Sekretaris Pers Kojiro Shiojiri di Jakarta, Selasa
Berita selengkapnya bisa Anda simak di sini
Kesalahan Akuntansi Pentagon untuk Bantuan Senjata Ukraina Capai US$6,2 Miliar
Pentagon mendapati pihaknya telah melebih-lebihkan jumlah dana untuk amunisi, misil, dan peralatan lain yang dikirim ke Ukraina sebesar US$6,2 miliar dari yang seharusnya hanya US$3 miliar. Seorang juru bicara Pentagon mengatakan hal ini terjadi karena kesalahan perhitungan.
“Kesalahan akuntansi mencakup tahun fiskal 2022 dan 2023. Ini terjadi karena dalam sejumlah kasus yang signifikan, ketika AS mentransfer persenjataan, pejabat militer menghitung nilai penggantian senjata alih-alih nilai senjata yang sebenarnya,” kata wakil sekretaris pers Pentagon Sabrina Singh menjelaskan pada jumpa pers.
Berita selengkapnya bisa Anda simak di sini