TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia menyatakan pada Senin, 12 Juni 2023 bahwa pihaknya telah menandatangani kontrak dengan Pasukan Khusus Akhmat dari Republik Chechen (Chechnya). Pasukan Khusus Akhmat adalah kelompok paramiliter yang akan melancarkan serangan Kremlin di dekat Mariinka, wilayah Donetsk di timur Ukraina.
Keputusan tersebut diambil setelah bos Grup Wagner, Yevgeny Prigozhin, menolak tawaran kontrak dari Kemhan Rusia. Dalam kontrak terbaru itu, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu ingin semua “unit sukarelawan” berada di bawah kendalinya sebagai bentuk kuasa Moskow atas tentara swasta yang berperang di Ukraina.
Walau Kremlin mengklaim para tentara akan menerima manfaat dan perlindungan yang sama seperti pasukan reguler, Prigozhin menuduh Kemhan Rusia telah gagal memasok amunisi yang memadai kepada Pasukan Wagner. Prigozhin juga berkata bahwa Shoigu tidak mampu mengelola formasi militer dengan baik sejak Wagner terlibat dalam perang Rusia-Ukraina sekitar Maret 2022, dilansir dari reuters.com.
Sebaliknya, pemimpin wilayah Chechnya saat ini, Ramzan Kadyrov, justru menghindari kritik terhadap Kemhan Rusia dengan melakukan diskusi terbuka. Komandan Akhmat, Apty Alaudinov, juga menganggap bahwa tawaran kontrak terbaru dari Kemhan Rusia adalah hal yang sangat baik. Selama 15 bulan terakhir, mereka mengaku telah menyiapkan dan mengirim puluhan ribu sukarelawan perang ke Ukraina.
Menurut aljazeera.com, Pasukan Khusus Akhmat telah beroperasi di daerah garis depan serta terlibat dalam pertempuran berdarah di kota-kota Ukraina seperti Mariupol, Severodonetsk, dan Lysychansk. Namun, setelah aktivitas perang di Belgorod, Rusia meningkat pada awal Mei 2023, Akhmat kemungkinan besar akan menjadi pemeran utama ke depannya.
Tentang Chechnya dan Pasukan Khusus Akhmat
Republik Chechen alias Chechnya adalah satu dari 21 (22 jika Krimea dihitung) divisi administratif tingkat tertinggi (republik otonom) di wilayah Rusia. Letaknya di barat daya, berbatasan langsung dengan Turki, dan masuk ke dalam Distrik Federal Kaukasia Utara.
Chechnya memiliki sebuah pasukan tentara dengan nama resmi Resimen Bermotor Khusus ke-141 alias Kadyrovtsy (bahasa Rusia) atau Kadyrovit. Nama tersebut diambil dari Akhmad Kadyrov, pemimpin pertama Chechnya setelah negara independen (de facto) itu menyerahkan diri sepenuhnya kepada Rusia pasca-Perang Chechen II pada 2003.
Oleh karena itu, Kadyrovit juga dikenal sebagai “Pasukan Khusus Akhmat” yang bertugas untuk melindungi pemimpin Chechnya yang tengah menjabat.
Sejarah Awal Kadyrovit
Melansir dari newlinesinstitute.org, Kadyrovit dimulai sebagai kelompok separatis Chechnya pro-Moskow yang dipimpin oleh Akhmad Kadyrov, Kepala Mufti Republik Chechnya Ichkeria selama dan setelah Perang Chechnya I pada 1990-an. Konflik separatis tersebut menyusul kegagalan elit Rusia dan Chechnya untuk mencapai kesepakatan tentang status Chechnya di dalam Federasi Rusia, radikalisasi generasi Chechnya, serta kekecewaan kaum muda di Kaukasus Utara.
Akhmad Kadyrov lantas memutuskan untuk meninggalkan pemimpin nasionalis Chechnya, Aslan Maskhadov, dan mulai membelot ke Rusia selama Perang Chechnya II sebagai tanggapan atas pengaruh wahabisme yang berkembang di antara para pemberontak. Ide-ide sekte puritan berbenturan dengan norma-norma Sufi Chechnya yang mendominasi kala itu.
Sang anak, Ramzan Kadyrov, kemudian mengambil alih kepemimpinan Chechnya setelah ayahnya dibunuh oleh jihadis pada 2004. Sejak inilah Kadyrovit resmi lahir dari sejumlah besar militan Chechnya yang menjadi anggota rombongan Kadyrov yang setia. Mereka mendapat hak istimewa dalam kelas pemerintahan Rusia sebagai kekuatan Muslim Chechnya sembari menenangkan wilayah dan menjaga ketertiban politik.
Moskow memberi Kadyrov kekuatan otonom yang besar, sementara unit Kadyrovit menjadi pasukan utama republik dengan persetujuan Presiden Rusia Vladimir Putin. Menjadi bagian dari Garda Nasional Rusia, mereka beroperasi di luar struktur komando militer normal dan mengambil kendali federasi di tingkat lokal.
Kadyrovit dalam Perang Rusia-Ukraina
Keterlibatan Kadyrovit sejak awal invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina tampaknya tak hanya sebagai dukungan operasional, tetapi juga alat propaganda Putin dalam menyebarkan ketakutan atas kekejaman Chechnya bagi orang-orang Ukraina.
Sebagai sekutu dekat Putin, Kadyrov berpropaganda memiliki hingga 70.000 tentara yang siap menyerang Ukraina. Kadyrov secara pribadi juga memperingatkan rakyat Ukraina untuk menggulingkan pemerintahan mereka dan menghadapi pengambilalihan Kyiv.
Namun, kinerja pertempuran Kadyrovit yang buruk telah mengungkap ketidakmampuan militer dan administrasi milisi maupun kesombongan Kadyrov yang ditunjukkan oleh kurangnya keamanan operasional, disiplin tempur, dan kesiapan pasukan.
NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM
Pilihan Editor: Jasad-jasad Tentara Rusia Bergelimpangan di Desa Ukraina yang Baru Dibebaskan