TEMPO.CO, Jakarta -Pada 6 Juni 2023, Iran untuk pertama kalinya memperkenalkan apa yang para pejabat sebut sebagai “rudal balistik supersonik” buatan dalam negeri. Rudal ini mampu meluncur hingga 15 kali lipat kecepatan suara. Rudal terbaru pada pergudangan senjata nuklir Teheran itu mungkin meningkatkan kekhawatiran Barat, terutama Amerika Serikat (AS).
Rudal supersonik ini dinamakan “Fattah” yang berarti “penakluk” dalam bahasa Persia. Media pemerintah Iran menerbitkan gambarnya pada sebuah upacara yang dihadiri oleh Presiden Ebrahim Raisi dan Komandan Korps Pengawal Revolusi Iran.
Seiring diungkapnya rudal supersonik Fattah kepada publik, Iran berkata akan membuka kembali pos diplomatik di Arab Saudi setelah ada upaya pengendalian konflik yang sudah terjadi selama bertahun-tahun dengan Riyadh. Iran tampaknya berusaha untuk menunjukkan bahwa pemerintah garis keras Teheran dapat mengerahkan senjata melawan sebagian besar musuh di Timur Tengah.
Ketika upacara peluncuran Fattah, Raisi merasa bahwa “kekuatan pencegah” telah terbentuk. Rudal tersebut seakan menjadi jangkar keamanan dan perdamaian abadi bagi negara-negara di kawasan sekitar Iran.
Amir Ali Hajizadeh, Kepala Pasukan Dirgantara Korps Pengawal Revolusi Iran, mengklaim bahwa Fattah memiliki jangkauan maksimum 1.400 kilometer dan mampu menembus segala perisai pertahanan. Itu masuk dalam golongan rudal balistik jarak menengah yang akhirnya bisa dibangun oleh Korps Pengawal Revolusi setelah bertahun-tahun terkena sanksi Barat yang mencegah akses persenjataan canggih.
Rudal hipersonik Fattah juga diklaim dapat terbang 15 kali lebih cepat dari kecepatan suara pada lintasan rumit sekalipun (senjata hipersonik biasa umumnya hanya 5 kali kecepatan suara).
Ini menggambarkan pernyataan Iran tahun lalu yang katanya telah membangun rudal balistik hipersonik dengan kemampuan manuver keluar masuk atmosfer sehingga sangat sulit untuk dicegat. Akan tetapi, perlu diingat bahwa manuver bukanlah satu-satunya jaminan rudal akan berhasil menyerang sasaran.
Media pemerintah Iran lantas memberitakan bahwa Fattah adalah lompatan generasi rudal yang bisa melewati sistem anti-rudal canggih milik musuh—seperti dari AS dan rezim Zionis, termasuk Iron Dome Israel. Hajizadeh kembali menyatakan, tidak ada sistem pertahanan yang dapat menyaingi Fattah dengan kecepatan maksimum 15.000 kilometer per jam.
Semua klaim tentang Fattah bergantung pada seberapa bermanuver rudal tersebut. Suatu sistem anti-rudal mungkin dapat mengantisipasi lintasan yang dilalui Fattah dan mencegatnya. Namun, posisi nozel yang bisa berpindah memungkinkan Fattah untuk mengubah jalur saat terbang. Semakin tidak teratur lintasan penerbangan rudal, semakin sulit pula sebuah rudal untuk dicegat.
Terlepas dari penentangan AS dan Eropa, Iran mengaku bakal terus mengembangkan program rudal pertahanan. Namun, analis militer Barat berpendapat bahwa Iran terkadang melebih-lebihkan kapasitas misilnya.
Pasalnya, pejabat Iran tidak merilis rekaman Fattah yang berhasil dikerahkan untuk menyerang sasaran tertentu. Di sisi lain, Hajizadeh mengatakan bahwa uji coba darat telah dilakukan terhadap mesin rudal tersebut. Tes darat melibatkan motor roket yang diletakkan di atas dudukan dan ditembakkan untuk memeriksa kemampuannya, sedangkan meluncurkan rudal dengan motor roket itu jauh lebih kompleks lagi.
Pilihan Editor: Iran Luncurkan Uji Rudal Balistik, Klaim Mampu Capai Israel dan AS
NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM (CW) | Reuters