TEMPO.CO, Jakarta - Jebolnya bendungan Nova Kakhovka di Kherson, Ukraina, memicu kekhawatiran baru. Tidak sekadar dampak dari banjir, air bendungan menurut palang merah internasional, kemungkinan mencabut ranjau yang ditanam.
Yang dikhawatirkan, ranjau ini kemudian terbawa ke area permukiman dan lahan pertanian sehingga membahayakan warga sipil.
Sebagian besar dari 600 kilometer persegi area yang terendam banjir adalah wilayah yang dikuasai Rusia, yakni di pinggiran Sungai Dnipro. Bendungan peninggalan era Uni Soviet yang juga berfungsi sebagai PLTA itu jebol setelah diledakkan pada Selasa lalu.
Hingga kini, Ukraina dan Rusia masih saling tuding atas bencana tersebut. Air tumpah menggenangi zona perang yang berisi ranjau-ranjau darat yang ditanam di beberapa lokasi. Ranjau itu bisa saja tercabut dari tanah, membahayakan nyawa puluhan ribu orang.
Komite Palang Merah Internasional menyatakan air bendungan kemungkinan menyapu ranjau darat yang tak terhitung jumlahnya. Ranjau-ranjau itu ditanam selama perang yang sudah berlangsung 15 bulan oleh kedua pihak.
Kepala Unit Kontaminasi Senjata Komite Palang Merah Internasional Erik Tollefsen mengatakan, ranjau-ranjau itu mungkin masih berada di tempatnya, tapi bisa juga terjebak di lumpur sungai, lahan pertanian, atau tersebar ke area lebih luas.
"Sebelum ini, kita tahu di mana (zona) bahayanya. Sekarang kita tidak tahu. Yang kita tahu adalah mereka ada di hilir," kata Tollefsen kepada Reuters.
Dia mencontohkan temuan ranjau bekas Perang Dunia II di dasar sungai di Denmark pada 2015. Ranjau-ranjau itu masih aktif meski sudah berusia tua. Perang di Rusia dan Ukraina, terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II, telah meninggalkan sejumlah besar ranjau dan persenjataan yang belum meledak di banyak wilayah.
"Kita sangat ngeri melihat berita yang keluar," kata Tollefsen. Selain ranjau anti-personel, kedua pihak juga menggunakan peluru artileri dan ranjau anti-tank. Jumlah pasti ranjau yang ditanam di daratan Ukraina belum diketahui pasti. "Kami hanya tahu jumlahnya sangat banyak," tuturnya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia sengaja meledakkan bendungan itu sebagai upaya untuk menghambat serangan pembalasan ke wilayah yang diduduki. Sebaliknya, Rusia menyalahkan Ukraina dengan alasan untuk mengganggu pasokan air ke Krimea serta mengalihkan perhatian dari kegagalan dalam serangan pembalasan.
Pilihan Editor: Fakta-Fakta Bendungan Kakhovka Ukraina yang Meledak
REUTERS