TEMPO.CO, Jakarta - Nama Martin Luther King Jr. akrab dikenal sebagai aktivis asal Amerika yang tewas akibat penembakan 55 tahun yang lalu. Hingga kini, ia masih dikenang sebagai pejuang pergerakan hak warga sipil. Mengutip dari Britannica, Martin Luther King, Jr. atau yang memiliki nama asli Michael King, Jr. lahir di Atlanta, Georgia pada 15 Januari 1929. Ia merupakan pendeta Baptis dan aktivis sosial yang memimpin gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat dari pertengahan 1950-an hingga 1968. Pembunuhan Martin Luther King tidak membendung perjuangannya.
Berasal dari keluarga kelas menengah yang mendalami tradisi pelayanan Kulit Hitam Selatan, keluarga King punya latar belakang pengkhotbah Baptis yang kental. Orang tuanya memiliki pendidikan hingga perguruan tinggi, dan ayah King menggantikan ayah mertuanya sebagai pendeta Gereja Baptis Ebenezer di Atlanta.Kehidupannya yang mapan berlangsung sejak sekolah menengah di Morehouse College di Atlanta. Ia bisa disebut anak baik dan tidak diprediksi akan menjadi pejuang yang melawan rasisme.
Namun, pengalamannya saat menghabiskan musim panas di perkebunan tembakau di Connecticut membuatnya sadar jika kulit hitam dan kulit putih bisa hidup setara dan berdampingan. Sangat berbeda dengan wilayah Amerika Selatan yang memisahkan kulit hitam dan kulit putiih. Dia terkejut dengan betapa damainya ras bercampur di Utara.
“Negro dan kulit putih pergi [ke] gereja yang sama,” tulisnya dalam sepucuk surat kepada orang tuanya. "Saya tidak pernah [berpikir] bahwa orang dari ras saya bisa makan di mana saja." Pengalaman musim panas di Utara ini hanya memperdalam kebencian King terhadap segregasi rasial.Pengalamannya hidup di wilayah utara membuat ia sadar tentang diskriminasi rasial di Amerika bagian Selatan.
Lulus dari Morehouse pada 1948, King menghabiskan tiga tahun berikutnya di Crozer Theological Seminary di Chester, Pennsylvania. Disana, dia berkenalan dengan Filsuf anti-kekerasan Mahatma Gandhi serta dengan pemikiran para teolog Protestan kontemporer. Ia memperoleh gelar sarjana ketuhanan pada 1951. Terkenal karena keterampilan oratorisnya, King terpilih sebagai presiden badan siswa Crozer, yang hampir seluruhnya terdiri dari siswa kulit putih.
Selain memimpin perjuangan melawan hukum pemisahan ras di Amerika. King menjadi terkenal secara nasional sebagai kepala Konferensi Kepemimpinan Kristen Selatan, yang dipromosikan taktik non-kekerasan, seperti pawai besar-besaran di Washington (1963), untuk mencapai hak-hak sipil. Pada 1964, King dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian atas upayanya dalam pergerakan hak warga sipil.
Pembunuhan King
Setelah hidupnya yang didedikasikan untuk memperjuangkan hak-hak sipil, Martin Luther King Jr. meninggal dunia pada 4 April 1968. Kala itu, King, sedang berdiri di balkon motel di Memphis, Tennessee, ia ditembak oleh James Earl Ray.
Usai ditembak, King dilarikan ke Rumah Sakit St. Joseph, dan meninggal pada pukul 19:05, sekitar satu jam usai penembakan. Berita pembunuhan King memicu pecahnya kekerasan rasial, mengakibatkan lebih dari 40 kematian di seluruh negeri dan kerusakan properti yang luas di lebih dari 100 kota di Amerika.
King merupakan seorang pendeta Amerika Serikat dan pemimpin hak-hak sipil masyarakat. Peran Martin Luther King Jr yang paling dominan adalah mengakhiri undang-undang pemisahan rasial antara keturunan Afrika-Amerika dengan warga kulit putih di AS, terutama di wilayah selatan.
Perjuangan dan peranan King dalam melawan praktik undang-undang pemisahan rasial itu membawanya menjadi peraih penghargaan Nobel Perdamaian pada 1964.
Martin Luther King Jr dimakamakan di Atlanta, Georgia. Pemakamannya dihadiri lebih dari 300 ribu orang. Wakil Presiden Hubert Humphrey pun turut hadir atas nama Johnson, yang sedang menghadiri pertemuan tentang Perang Vietnam di Camp David pada saat itu.
Atas permintaan istrinya, khotbah terakhir King di Gereja Baptis Ebenezer diputar kembali di pemakaman. Itu merupakan khotbahnya tentang "Drum Major", pada tanggal 4 Februari 1968. Dalam khotbah itu, King meminta agar pada saat pemakamannya, tidak disebutkan penghargaan dan kehormatannya, tetapi disebutkan bahwa dia berusaha untuk "memberi makan orang yang lapar", "berpakaian yang telanjang", "benar tentang pertanyaan perang (Vietnam)", dan "mencintai dan melayani umat manusia".
Dunia telah banyak berubah sejak Martin Luther King terbunuh pada 1968, tetapi pesan yang ia sampaikan tetap utuh dalam ingatan banyak orang. Di usianya yang 39 tahun, King telah menjadi sosok yang dikenal secara internasional. Hal itu dimulai dengan aksi boikot Montgomery pada 1955, ia memimpin serangkaian protes tanpa kekerasan terhadap diskriminasi.
Di Amerika Serikat, ia diperingati pada hari Senin ketiga bulan Januari setiap tahun atau yang diperingati sebagai Hari Martin Luther King, Jr., yang pertama kali diperingati sebagai hari libur federal pada 1986.
Pilihan Editor: Gus Dur Dianggap Setara Martin Luther King Jr
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.