TEMPO.CO, Jakarta - Kandidat perdana menteri Thailand Pita Limjaroenrat digoyang isu kepemilikan saham di perusahaan media yang terlarang bagi kandidat. Namun pemimpin partai Move Forward ini yakin, upaya pesaing menyingkirkannya tidak akan berhasil.
Pita, yang sangat populer di kalangan muda karena janjinya melawan monopoli dan anti-kemapanan, memiliki 42.000 saham di perusahaan media ITV Public Company. Namun televisi yang terkenal pada 1998 ini, kehilangan hak siar pada tahun 2007.
Sejumlah politisi saingan mengadukan Pita ke Komisi Pemilihan atas kepemilikan saham. Namun ia yakin, Komisi tidak bisa mendiskualifikasi dirinya karena perusahaan media itu sudah lama tidak aktif.
Ia menilai, pesaingnya partai-partai koalisi pro-militer, tidak bisa menghambat langkahnya menjadi perdana menteri. Pita adalah pemenang kejutan pemilihan bulan lalu, yang melihat proksi tentara kehilangan dukungan setelah sembilan tahun pemerintahan konservatif yang didukung militer.
"Ada upaya untuk menjauhkan saya dari politik," katanya kepada wartawan pada hari Selasa, menambahkan dia mentransfer saham tersebut ke kerabatnya bulan lalu.
Pita, 42 tahun, mengatakan saham itu adalah bagian dari harta mendiang ayahnya, yang telah ia klarifikasi ke Komisi anti-Korupsi.
Ketua komisi pemilihan pada akhir pekan mengatakan pengaduan sedang diperiksa dan bukti lebih lanjut sedang dikumpulkan. Ia mengatakan, Komisi bisa menolak, atau meneruskannya ke Mahkamah Konstitusi.
Pendahulunya di Partai Future Forward juga menghasapi kasus serupa pada 2019 dan 2020, dengan pemimpin dan kandidat perdana menteri Thanathorn Juangroongruangkit didiskualifikasi karena memegang saham media dan partai tersebut kemudian dibubarkan karena pelanggaran pendanaan kampanye.
Masalah ini menggarisbawahi tantangan ke depan bagi Pita yang berpendidikan AS dalam memenuhi janji-janji reformasinya karena dapat membuat Partai Move Forward bertabrakan dengan militer royalis dan elit bisnis lama.
REUTER
Pilihan Editor Air India Rute Amerika Serikat Mendarat Darurat di Rusia