TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 77 anak perempuan diracuni dan dirawat di rumah sakit dalam dua serangan terpisah di sekolah dasar mereka di Afghanistan utara, kata seorang pejabat pendidikan setempat, Senin 5 Juni 2023.
Hampir 80 siswi diracuni di distrik Sangcharak, kata Mohammad Rahmani, kepala dinas pendidikan provinsi. Dia mengatakan 60 siswa diracuni di Sekolah Naswan-e-Kabod Aab dan 17 lainnya diracuni di Sekolah Naswan-e-Faizabad.
“Kedua sekolah dasar itu berdekatan satu sama lain dan menjadi sasaran satu demi satu,” katanya. “Kami memindahkan para siswa ke rumah sakit dan sekarang mereka semua baik-baik saja.”
Pejabat pendidikan mengatakan orang yang mengatur peracunan diduga memiliki dendam pribadi tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Serangan itu terjadi di provinsi Sar-e-Pul pada Sabtu dan Minggu.
Investigasi departemen sedang berlangsung dan penyelidikan awal menunjukkan bahwa seseorang dengan dendam membayar pihak ketiga untuk melakukan serangan, kata Rahmani.
Dia tidak memberikan informasi tentang bagaimana gadis-gadis itu diracuni atau sifat luka mereka. Rahmani tidak menyebutkan usia mereka, tapi mengatakan mereka duduk di kelas satu sampai enam.
Serangan ini diperkirakan pertama kalinya terjadi sejak Taliban berkuasa pada Agustus 2021, dan mulai menindak hak dan kebebasan perempuan dan anak perempuan Afghanistan.
Anak perempuan dilarang dari pendidikan di atas kelas enam, termasuk universitas. Perempuan juga dilarang dari sebagian besar pekerjaan dan ruang publik.
Selama pemerintahan Afganistan sebelumnya yang didukung asing, beberapa serangan peracunan, termasuk dugaan serangan gas, di sekolah perempuan telah terjadi.
Negara tetangga Iran telah diguncang oleh gelombang peracunan, kebanyakan di sekolah perempuan, sejak November lalu. insiden peracunan di sekolah perempuan Iran membuat sekitar 13.000 siswi sakit.
Namun, belum ada kabar tentang siapa yang mungkin berada di balik insiden tersebut atau bahan kimia apa – jika ada – yang telah digunakan.
Pilihan Editor: Tersangka Peracun 5.000 Siswi Iran Ditangkap, Dituduh Agen Media Asing
CNA | REUTERS