TEMPO.CO, Jakarta -Salah satu prajurit paling berprestasi di Australia, kalah dalam tuntutan pencemaran nama baik terhadap tiga media yang menuduhnya terlibat dalam pembunuhan enam warga Afghanistan selama penempatan di negara tersebut.
Mantan kopral pasukan khusus Ben Roberts-Smith, 44 tahun, telah menggugat Sydney Morning Herald, The Age, dan Canberra Times karena menggambarkannya sebagai seseorang yang "melanggar aturan moral dan hukum keterlibatan militer" di Afghanistan tempat dia bertugas dari 2006 hingga 2012.
"Koran-koran itu berhasil membuktikan laporan mereka bahwa Roberts-Smith terlibat dalam eksekusi dan pembunuhan di Afghanistan," kata hakim Pengadilan Federal Anthony Besanko di Sydney.
Kasus terhadap Roberts-Smith, penerima Victoria Cross, menyoroti perilaku rahasia pasukan elit SAS Australia di masa perang.
Besanko dalam ringkasan temuannya menyebut, surat kabar itu membuktikan tuduhan mereka sehubungan dengan empat pembunuhan yang mereka tuduhkan kepada Roberts-Smith.
Namun, dia menyimpulkan, “setiap proses (pencemaran nama baik) harus dihentikan.”
Publikasi alasan lengkapnya ditunda hingga Senin karena masalah keamanan nasional.
Roberts-Smith memperoleh beberapa penghargaan tertinggi militer Australia, termasuk Victoria Cross, atas tindakannya selama enam kali berperang di Afghanistan sebelum mengukir karir pasca-militer sebagai pembicara publik dan eksekutif media.
Namun, artikel surat kabar dari 2018 menunjukkan bahwa dia melampaui batas keterlibatan militer yang dapat diterima.
Artikel tersebut, mengutip tentara lain yang berada di sana, mengatakan Roberts-Smith telah menembak mati seorang remaja Afghanistan yang tidak bersenjata, hingga menendang seorang pria yang diborgol dari tebing sebelum memerintahkan dia untuk ditembak mati.
Gugatan Roberts-Smith menyebut laporan media salah. Dia menyebut ada kecemburan atas prestasinya, kemudian menuntut ganti rugi yang tidak ditentukan.
Surat kabar berusaha untuk mempertahankan laporan mereka dengan membuktikan bahwa klaim tersebut benar. Salah satunya dengan menghadirkan tentara lain dan mantan tentara sebagai saksi di pengadilan yang menguatkan mereka.
Putusan itu datang pada saat meningkatnya sensitivitas di sekitar militer Australia, setelah sebuah laporan 2020 mengatakan ada bukti yang kredibel anggota pasukan khusus membunuh puluhan tahanan tak bersenjata di Afghanistan.
Tidak ada tentara yang disebutkan dalam laporan yang disunting itu. Namun, sekitar dua lusin tentara Australia dan mantan tentara Australia dirujuk untuk kemungkinan penuntutan pidana.
Hakim Besanko mengatakan dia akan memberikan alasan untuk keputusannya pada Senin. Hal ini setelah pemerintah federal mengajukan permohonan menunda proses memberikan waktu kepada pengacara pemerintah, untuk memeriksa informasi keamanan nasional yang secara tidak sengaja dibocorkan.
Pilihan Editor: Australia Akui Militernya Membunuh Puluhan Warga Sipil di Afghanistan
REUTERS